Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengklarifikasi riset dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menyebutkan kemungkinan potensi tsunami hingga 20 meter di pantai selatan Jawa Barat dan 12 meter di selatan Jawa Timur.
Klarifikasi diberikan sebab riset terkait potensi gempa kuat di zona megathrust yang sejatinya membahas mitigasi itu malah memicu keresahan akibat salah pengertian.
"Masyarakat awam pun menduga seolah dalam waktu dekat di selatan Pulau Jawa akan terjadi gempa dahsyat, padahal tidak demikian," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami, Daryono dalam keterangan resmi yang diterima CNNIndonesia.com, Jumat (25/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil riset itu, kata Daryono, seharusnya mendorong seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah bisa lebih memperhatikan upaya mitigasi gempa bumi dan tsunami.
Upaya serius dari berbagai pihak diperlukan guna memperkuat penerapan infrastruktur bangunan anti gempa.
Masyarakat turut diharapkan bisa meningkatkan kemampuan memahami metode keselamatan saat terjadi gempa dan tsunami.
Tak hanya itu, Daryono menyatakan riset ITB dilakukan dengan skenario gambaran terburuk dari potensi-potensi bencana alam.
Ia menegaskan hingga saat ini teknologi belum mampu memprediksi dengan tepat dan akurat terkait waktu serta lokasi gempa akan terjadi.
"BMKG dalam hal ini mengapresiasi hasil tersebut. Skenario model yang dihasilkan merupakan gambaran terburuk (worst case), dan ini dapat dijadikan acuan kita dalam upaya mitigasi guna mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami," ucapnya.
Oleh sebab itu, ia sekali lagi menekankan mengenai upaya mitigasi dengan menyiapkan langkah-langkah konkret untuk meminimalkan risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa.
Masyarakat juga diharapkan tak khawatir dan cemas dalam menyikapi riset ITB.
"Apakah dengan meningkatkan kegiatan sosialisasi mitigasi, latihan evakuasi (drill), menata dan memasang rambu evakuasi, menyiapkan tempat evakuasi sementara, membangun bangunan rumah tahan gempa, menata tata ruang pantai berbasis risiko tsunami, serta meningkatkan performa sistem peringatan dini tsunami," Daryono menegaskan.
![]() |