Ahli Turki Ungkap Ancaman Covid-19 untuk Testosteron Pria

CNN Indonesia
Rabu, 07 Okt 2020 12:00 WIB
Peneliti Turki mengungkapkan pasien Covid-19 laki-laki mengalami penurunan kadar testosteron yang signifikan setelah kena virus corona.
Ilustrasi Covid-19. (iStockphoto/spawns)
Jakarta, CNN Indonesia --

Penelitian di Turki menunjukkan pasien Covid-19 berkelamin laki-laki mengalami penurunan kadar testosteron yang signifikan setelah terjangkit Covid-19.

Penurunan kadar testosteron ini dianggap bisa menjawab mengapa laki-laki lebih rentan dan mengalami gejala yang lebih parah dibandingkan perempuan ketika terjangkit virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Penelitian ini melibatkan 221 pasien pria di Turki berusia 18 tahun ke atas. Dari 221 pasien, 46 orang tidak menunjukkan gejala pada hari kedua dan ketiga, sehingga bisa keluar dari rumah sakit. Sebanyak 175 sisanya menunjukkan gejala dan tetap dirawat di rumah sakit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penelitian peer-review ini menunjukkan penurunan testosteron berkaitan erat dengan pasien yang berakhir di unit perawatan intensif.

Dilansir dari  situs jurnal The Aging Male, data penelitian menunjukkan bahwa Covid-19 dapat memperburuk kadar testosteron pada pasien pria yang terinfeksi SARS-CoV-2.

Pasien dengan kadar testosteron yang rendah di  awal memiliki peningkatan risiko yang signifikan terhadap perawatan ICU dan kematian.

"Dalam penelitian kami, rata-rata testosteron total menurun, karena tingkat keparahan COVID-19 meningkat," jelas penulis utama Selahittin Çayan, Profesor Urologi di Fakultas Kedokteran Universitas Mersin.

Dilansir dari IFL Science, hubungan antara Covid-19 dan testosteron telah menjadi topik pembicaraan.

Meskipun penelitian ini tidak secara pasti membuktikan Covid menyebabkan penurunan, data sangat menunjukkan bahwa infeksi dapat memperburuk kadar testosteron pria serupa dengan bagaimana infeksi lain terjadi.

Bukti sebelumnya menunjukkan bahwa testosteron meredam respons kekebalan tubuh terhadap infeksi, sedangkan estrogen dapat meningkatkan sistem kekebalan dan meningkatkan peradangan kekebalan.

Diketahui juga bahwa kadar testosteron dapat menurun selama infeksi lain, kemungkinan besar sebagai cara tubuh untuk mengalihkan energi dari tugas-tugas berenergi tinggi yang terkait dengan hormon, seperti meningkatkan otot, agresi, dan nafsu seksual.

Hal ini menyebabkan beberapa ilmuwan berspekulasi penurunan ini mungkin menjadi alasan mengapa pria dua kali lebih mungkin meninggal akibat Covid-19 daripada wanita.

"Kadar testosteron telah lama diketahui turun setelah timbulnya penyakit, dan khususnya, selama infeksi. Ada alasan evolusioner untuk hal itu yang belum tentu buruk," Dr Daniel Kelly, Dosen Senior biokimia di Universitas Sheffield Hallam, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Testosteron dikenal sebagai anti-inflamasi, jadi ada kemungkinan penurunan testosteron yang berlebihan memungkinkan terjadinya 'badai sitokin'," lanjtunya.

Studi baru ini memang memiliki beberapa keterbatasan, yaitu tidak menyertakan kelompok kontrol pasien dengan kondisi selain Covid-19, yang berarti tidak mungkin untuk secara pasti mengatakan bahwa infeksi adalah penyebab langsung penurunan testosteron.

Studi ini juga relatif kecil karena hanya mencakup pasien yang kadar testosteronnya dianalisis sebelum dan selama sakit. Kelly juga menjelaskan bahwa kondisi kesehatan lain yang mendasari juga dapat menjelaskan pengamatan ini.

"Apakah pasien ini juga memiliki penyakit kronis yang akan menurunkan testosteron dasar mereka dan meningkatkan keparahan Covid-19? Misalnya, diabetes adalah faktor risiko keparahan Covid-19 dan pria penderita diabetes memiliki testosteron yang lebih rendah dalam sirkulasi," ujar Kelly.

Namun demikian berdasarkan temuan mereka, para peneliti mengatakan bahwa dokter harus mempertimbangkan pemantauan kadar testosteron segera setelah mendiagnosis Covid-19 dan menggunakan informasi ini untuk mengelola perawatan pasien.

(jnp/dal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER