Ahli RI Respons Sekelompok Ilmuwan Dukung Aksi Anti-Lockdown

CNN Indonesia
Kamis, 08 Okt 2020 20:17 WIB
Epidemiolog RI merespons deklarasi agar orang-orang berusia muda dan sehat di kala pandemi Covid-19 dibebaskan agar membentuk herd immunity.
Ilustrasi anak muda. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebuah deklarasi berjudul  the Great Barrington menyarankan pemerintah untuk tak membatasi aktivitas orang-orang berusia muda dan sehat di kala pandemi Covid-19 agar membentuk herd immunity.

Ahli Epidemiolog & Pandemi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menyatakan tak setuju dengan deklarasi ini. Dicky menyatakan deklarasi ini merupakan pola yang primitif karena mengorbankan banyak orang-orang berusia muda agar orang lain bisa selamat.

Bagi Dicky, orang-orang berusia muda dikorbankan agar bisa membentuk sebuah kekebalan kelompok.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sangat tidak setuju. Saya melihatnya seperti, pola primitif yang dilakukan zaman purba ketika sebagian orang mengorbankan sebagian lainnya sebagai tumbal agar selamat," kata Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (8/10).

Deklarasi yang dibuat oleh ilmuwan dari Oxford, Stanford dan Harvard ini menyarankan agar pemerintah membiarkan orang-orang berisiko rendah ini tertular Covid-19 untuk membentuk kekebalan kelompok atau herd immunity.  

Dicky menyatakan argumen deklarasi tersebut sangat berbahaya tanpa adanya vaksin yang efektif dan aman. Selain itu Dicky juga menjelaskan tidak semua orang yang terinfeksi Covid-19 otomatis memiliki kekebalan.

"Riset terakhir di jurnal Lancet sudah membuktikan bahwa strategi herd immunity tidak akan sukses tanpa vaksin. Juga hrs diketahui bahwa tidak semua org yang terinfeksi Covid-19 berarti otomatis memiliki kekebalan," tutur Dicky.

Dicky mengatakan argumen dalam deklarasi tersebut tidak berperikemanusiaan. Selain itu, Dicky juga menyinggung dampak jangka panjang Covid-19 bagi manusia.

Saat ini Covid-19 merupakan sebuah penyakit baru yang masih diteliti. Dicky menjelaskan penelitian telah mengungkap sebagian dampak jangka panjang Covid-19 bagi kesehatan manusia.

"Diketahui sudah jelas menunjukkan merugikan terhadap paru dan jantung. artinya walaupun usia muda maka akan mengalami penurunan kualitas kesehatannya di masa depan," ujar Dicky. 

Strategi mengorbankan nyawa

Dicky telah menyebutkan bahwa strategi ini sangat berbahaya apabila tak ada vaksin. Strategi untuk membentuk kekebalan kelompok ini sangat fatal karena mempunyai syarat 60 hingga 70 persen dari total populasi di suatu wilayah atau negara.

Ketika persentase itu tercapai, maka suatu negara baru bisa disebut memiliki herd immunity. Dicky menjelaskan dari minimal 60 persen orang yang terinfeksi, akan ada lima persen yang membutuhkan perawatan ICU. 

"Artinya kalau bicara 60 persen dari 200 juta saja di Indonesia itu sudah 120 juta. Dari 120 juta itu lima persennya sudah 6 juta yang akan butuh ICU. Tak mungkin ada rumah sakit kita yang mampu menampung," kata Dicky.

Dicky mengatakan ujungnya justru strategi ini bisa meningkatkan jumlah kematian yang ada saat ini. Sebab pasien-pasien kritis yang membutuhkan perawatan ICU tak mampu ditampung oleh fasilitas kesehatan.

"Satu juta ICU saja tidak ada. Ini membuat tidak masuk akal, kematiannya akan berlipat-berlipat," tutur Dicky.

(jnp/dal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER