Epidemiolog Ragu Keamanan Vaksin Covid-19 RI Bulan Depan

CNN Indonesia
Selasa, 13 Okt 2020 12:32 WIB
Epidemiolog meminta pemerintah hati-hati dalam memulai program vaksinasi Covid-19 pada November 2020.
Ilustrasi vaksin virus corona. (AFP/NOEL CELIS)
Jakarta, CNN Indonesia --

Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman menyatakan belum ada vaksin yang dinyatakan ampuh dan efektif mencegah Covid-19 akibat infeksi virus corona SARS-CoV-2. Dia mengatakan pemerintah harus hati-hati dalam memulai program vaksinasi corona pada November 2020.

"Hingga saat ini belum ada vaksin yang dinyatakan lulus uji secara ilmiah, lulus standar keamanan, dan efektivitas," ujar Dicky kepada CNNIndonesia.com, Selasa (13/10).

Dicky menuturkan pemerintah harus hati-hati dalam mengklaim sebuah vaksin efektif mencegah Covid-19. Hal itu perlu dilakukan meskipun pemberitaan menyampaikan hal yang positif terhadap sejumlah vaksin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dicky menuturkan belum ada jaminan sebuah vaksin sukses mencegah Covid-19. Dalam banyak riset, dia mengklaim keberhasilan vaksin penyakit menular yang pernah dibuat kurang dari 40 persen.

"Ini yang harus dipahami. Jangan sampai ada hal di luar sains dalam memilih suatu vaksin," ujarnya.

Belajar dari pandemi swine flu, dia mengingatkan inisiatif banyak negara menggunakan vaksin yang belum selesai riset dan uji klinis telah menyebabkan musibah yang fatal. Kala itu, dia menyampaikan terjadi narkolepsi, gangguan neurologis kronik akibat otak kehilangan fungsi pengaturan bangun dan tidur.

"Ini kan hanya salah satu bukti, selain bukti-bukti sebelumnya di mana penerapan keputusan pemakaian vaksin ini harus betul-betul berbasis sains. Dan saat ini, sekali lagi belum ada vaksin yang aman," ujar Dicky.

Dicky memprediksi pengembangan vaksin masih berlangsung hingga tahun depan. Jika ada vaksin yang digunakan tahun ini, dia meyakini itu tidak aman. Salah satu vaksin potensial hanya vaksin yang sedang dikembangkan oleh Universitas Oxford dengan AstraZeneca.

"Mereka optimis memang di akhir tahun ini. Tapi itu kan baru klaim. Kita harus tetap melihat hasil riset itu. Jadi saran saya untuk pemerintah harus sangat hati-hati dalam kaitan obat atau vaksin Covid-19 karena dinamika risetnya sangat tinggi dan probabilitasnya tidak besar," ujarnya.

Dicky menambahkan pemerintah juga perlu meningkatkan pengetesan, pelacakan, dan pengobatan di tengah pandemi Covid-19. Dia meminta vaksin yang merupakan aspek kuratif membuat aspek preventif diabaikan.

Lebih dari itu, Dicky berharap pemerintah tidak fokus pada satu negara dalam memilih vaksin Covid-19. Sebab, dia kembali mengingatkan tidak ada pihak yang bisa menjamin sebuah vaksin berhasil.

Sebelumnya, pemerintah akan memulai program vaksinasi corona pada November 2020. Sebab, vaksin yang dibeli Indonesia dari beberapa negara akan datang bulan depan, meliputi Cansino, G42 atau Sinopharm, dan Sinovac.

Rinciannya, Cansino menyanggupi 100 ribu vaksin (single dose) pada November 2020, dan sekitar 15-20 juta untuk 2021. Kemudian, Sinopharm menyanggupi 15 juta dosis vaksin (dual dose) tahun ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5 juta dosis mulai datang pada November 2020.

Sementara itu, Sinovac menyanggupi 3 juta dosis vaksin hingga akhir Desember 2020. Sinovac akan mengirim 1,5 juta dosis vaksin (single dose vials) pada minggu pertama November dan 1,5 juta dosis vaksin (single dose vials) lagi pada minggu pertama Desember 2020, ditambah 15 juta dosis vaksin dalam bentuk bulk.

Sedangkan untuk 2021, Cansino mengusahakan penyediaan 20 juta (single dose), Sinopharm 50 juta (dual dose), dan Sinovac 125 juta (dual dose). Single dose artinya satu orang hanya membutuhkan 1 dosis vaksinasi. Sementara, dual dose dibutuhkan dua kali vaksinasi untuk satu orang.

(jps/dal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER