Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta agar Kementerian Komunikasi dan Informatika membersihkan International Mobile Equipment Identity alias IMEI tak aktif dari produk yang belum diproduksi atau IMEI tidur untuk mencegah mesin CEIR yang melebihi kapasitas.
Ada indikasi bahwa menumpuknya nomor IMEI di CEIR akibat tata cara pendaftaran tanda pendaftaran produk (TPP) yang masih menggunakan pola lama.
Dengan pola lama itu, Tulus curiga ada yang memasukkan produk IMEI secara langsung ke sistem meski produk tersebut belum diproduksi, IMEI ini disebut sebagai IMEI tidur. Oleh karena itu, ia menyarankan nomor IMEI tidur harus secepatnya dilakukan dibersihkan atau cleansing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini baru dugaan kami. Tapi kalau dilihat dalam setahun Indonesia menyerap 40 sampai 50 juta ponsel baru, tidak mungkin seluruh vendor memproduksi lebih dari 50 juta ponsel," kata Tulus dalam keterangan resmi, Jumat (23/10).
Tulus mengatakan dengan sistem mana vendor mendaftarkan IMEI dengan daftar IMEI yang diberikan GSMA secara borongan, ia mencurigai penuhnya CEIR karena ada yang memasukkan IMEI lebih dari 200 juta.
"IMEI tersebut dimasukkan secara gelondongan ke sistem. Makanya mesin CEIR bisa cepat penuh," kata Tulus.
Tulus menyorot ada indikasi bahwa menumpuknya nomor IMEI di CEIR akibat tata cara pendaftaran TPP yang masih menggunakan pola lama.
Untuk menghindari penuhnya kapasitas CEIR, Tulus meminta pemerintah melakukan revisi atas Peraturan Menteri Perindustrian No. 108/M-IND/PER/11/2012 Tentang Pendaftaran Produk HKT.
CEO Mito Mobile, Hansen Lie mengatakan revisi peraturan termasuk menghilangkan kewajiban vendor ponsel untuk saat pengajuan Tanda Pendaftaran Produk (TPP) Produksi tidak perlu dilakukan upload IMEI ke SIINAS, namun cukup dinyatakan jumlah unit yang akan diproduksi.
Hansen mengatakan upload IMEI akan dilakukan pada saat realisasi produksi. Jadi IMEI yang ada di SIINAS adalah IMEI yang memang benar-benar sudah direalisasikan atau sudah diproduksi untuk menghindari penuhnya kapasitas CEIR.
Hansen juga menjelaskan vendor biasanya mendapatkan IMEI dari GSMA dalam bentuk bulk atau gelondongan. Dengan cara yang dilakukan sekarang membuat vendor mendaftarkan semua IMEI tersebut yang jumlahnya bisa saja sampai ratusan juta.
"Umpama vendor tersebut mendapatkan IMEI dari GSMA sekitar 100 juta unit, padahal yang diproduksi hanya 25 juta, yang 75 juta masuknya sebagai IMEI tidur. Maka problem ini akan terus berlanjut jika aturan tersebut tidak direvisi," ungkap Hansen.
Langkah selanjutnya adalah melakukan cleansing atas IMEI yang tidak aktif atau tidur yang berasal dari EIR operator seluler agar kapasitas CEIR bisa terbuka sebagian.
"Cleansing IMEI yang berasal dari TPP/SIINAS Kemenperin, yaitu atas IMEI-IMEI yang belum atau tidak terealisasikan diproduksi. Jadi IMEI yang diupload di CEIR adalah IMEI yang benar-benar sudah terealisasi. Kebijakan ini tentunya akan terlaksana jika ada revisi Peraturan Menteri Perindustrian No. 108/M-IND/PER/11/2012,"ungkap Hansen.
Lebih lanjut, Tulus meminta agar pemerintah meningkatkan kapasitas penyimpanan CEIR.
Demi kenyamanan konsumen, Tulus mengatakan persoalan CEIR yang terjadi bisa diatasi dengan penambahan kapasitas mesin CEIR, Cleansing IMEI-IMEI yang tidur dan merevisi Peraturan Menteri Perindustrian No. 108/M-IND/PER/11/2012.
"Saya kira fokus ketiga hal tersebut saja agar persoalan yang kemarin muncul tidak terulang kembali. Jika tidak dilakukan seperti itu, saya tak menjamin persoalan IMEI akan baik-baik saja ke depannya," ungkap Tulus.