Epidemiolog dari Universitas Griffith Dicky Budiman mendukung sikap Presiden Joko Widodo yang berhati-hati dalam menyediakan vaksin Covid-19. Dia melihat sikap itu tak lepas dari masukan ahli dan organisasi profesi di bidang kesehatan.
"Ini bagus, memang tidak boleh terburu-buru untuk vaksin," ujar Dicky kepada CNNIndonesia.com, Selasa (27/10).
Dicky menuturkan belum ada vaksin Covid-19 yang dinyatakan aman dan efektif hingga saat ini. Selain itu, mengandalkan Emergency Use Authorization (EUA) terbukti tidak selalu bermanfaat dalam sejarah pandemi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kasus penggunaan remdesivir dan hydroxychloroquine misalnya, EUA tidak terbukti bermanfaat.
"Apalagi vaksin yang bukan hal yang bisa dijamin keamanannya dalam waktu yang singkat ini dan kemudian akan diberikan kepada orang sehat," ujarnya.
Lebih lanjut, Dicky mengingatkan pemerintah pusat dan daerah untuk terus menerapkan startegi utama penanggulangan pandemi, yakni pengetesan, penelusuran, isolasi, dan karantina. Dia mengatakan stretegi utama akan mempengaruhi herd immunity ketika vaksin hadir.
Sebab, dia menuturkan herd immunity dipengaruhi oleh angka reproduksi di satu wilayah, efikasi vaksin, dan coverage dari prgram vaksinasi.
"Dari tiga itu, terutama angka reproduksi dipengaruhi dari kualitas optimalisasi pengendalian pandemi di wilayah tersebut. Semakin landai, semakin rendah angka reproduksinya," ujar Dicky.
Rendahnya angka reproduksi, lanjut dia semakin berkurang beban dari program vaksinasinya dan kemungkinan keberhasilnnya semakin besar.
"Kalau tinggi karena pengetesan dan penelusurannya artinya akan lebih sulit keberhasilan program vaksinasi itu," ujarnya.
Dicky menambahkan vaksin yang belum dinyatakan aman dan efektif secara ilmiah sangat berbahaya. Dia mengingatkan vaksin swine flu yang terburu-buru menyebabkan sejumlah penerima vaksin menderita nerkolepsi.
"Ini akan menjadi catatan sejarah yang buruk pada pandemi Covid-19, khususnya di Indonesia," ujar Dicky.
Lebih dari itu, dia mengingatkan vaksin adalah intervensi kesehatan masyarakat yang penting karena dapat mencegah penyakit pada tingkat populasi, baik melindungi individu yang divaksinasi dan membatasi penularan komunitas.
Namun, tujuan penting itu hanya terjadi jika vaksin yang disetujui bekerja dengan baik, yang artinya memenuhi kriteria aman dan efektif.
"Vaksin Covid-19 generasi pertama mungkin tidak sebaik yang kita inginkan sehingga perlu penelitian dan pengembangan selama beberapa tahun ke depan," ujarnya.