Pemilian Presiden (pilpres) Amerika Serikat yang mempertemukan calon presiden petahana dari Partai Republik Donald Trump dan calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden telah berada di babak akhir.
Selama kampanye pilpres, kedua orang yang telah berusia lebih dari 70 tahun itu menjadikan media sosial sebagai salah satu senjata untuk menarik perhatian pemilih.
Pengamat budaya dan komunikasi digital dari Universitas Indonesia Firman Kurniawan mengungkap media sosial dioptimalkan oleh kedua capres sebagai media komunikasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keunggulan berupa penggunaan yang luas, non edited media dan low budget, high impact, menjadi alasan pengguna seperti Joe Biden maupun Donald Trump mengoptimalkan penggunaan media ini," kata Firman saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (5/11).
Firman mengungkap media sosial dimanfaatkan untuk memancing keterlibatan (engagement) calon pemilih. Selain itu, media sosial juga digunakan untuk menarik orang yang belum punya pilihan terlibat dalam perbincangan.
Dengan mengandalkan 88 juta pengikut di Twitter, Trump menggunakan strategi penyampaian otentik diri yang selalu berterus terang menyuarakan kata hatinya. Firman menyatakan Trump merasa tak perlu membalutnya dengan topeng eufemisme atau penghalusan bahasa.
"Ini menunjukkan secara konsisten Trump adalah sosok yang selalu berhasrat untuk jadi pusat perhatian publik," ujar Firman.
Gaya komunikasi Trump ini nampak dalam tampilan di Instagram. Ia selalu berpakaian formal serasi dan hampir selalu tampil kontras dengan mengenakan dasi merah.
Tentu aksen dari bagian komunikasi berbusananya ini menarik perhatian. Gaya Trump terasa keras bagi pihak yang tak terbiasa dengan perilakunya, tak jarang melempar tuduhan atau klaim.
"Namun nampaknya banyak yang sepakat bahwa itu tak mengandung hipokritas dan kemunafikan," kata Firman.
Sedangkan untuk Biden yang usianya terpaut 3 tahun lebih tua dibanding Trump, sesungguhnya tak kalah kerasnya dibanding Trump.
Firman menyatakan kerasnya Biden nampak pada debat pertama, serangan maupun pertahanan Biden atas argumen-argumen Trump yang menunjukkan posisi tak ingin didominasi.
Di sisi lain, gaya berkomunikasi media sosial Biden lewat Twitter dengan 13 juta follower tak terlalu mengundang kontroversi seperti Trump. Akan tetapi, Firman menyatakan gaya komunikasi Biden penuh keyakinan dan argumentasi yang kuat.
Di sisi lain, komunikasi busana yang ditunjukkan Bidden lewat Instagram menunjukkan usia tak jadi halangan bagi Biden untuk kuat memimpin Amerika.
"Walaupun formal dan penampilannya selalu terjaga, namun kesan kasual dengan warna-warna variasi kemeja dibalik setelan jas, menunjukkan Biden yang tak membosankan dan berkesan belia," tutur Firman
Amerika Serikat tengah melakukan penghitungan suara pemilihan presiden. Angka partisipasi pilpres AS sejauh ini terpantau tinggi, khususnya jika dibandingkan dengan pemilihan sebelumnya.
Meskipun masih ada suara yang belum terhitung, sejauh ini angka partisipasi Pilpres 2020 sudah mencapai 60 persen. Partisipasi tahun ini ditargetkan mencapai 66,1 persen dari total populasi.
Calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden berhasil menembus rekor suara terbanyak dalam Pilpres Amerika Serikat 2020.
Mengutip penghitungan The Guardian per Kamis (5/11) pukul 13.05 WIB, Joe Biden mengantongi 72.071.454 suara. Angka ini melebihi rekor sebelumnya yang diraih mantan presiden AS, Barack Obama.
Pada Pilpres 2008, Obama mengumpulkan 69.498.516 suara dengan jumlah penduduk saat itu berkisar di angka 304,1 juta menurut data sensus AS. Jumlah sensus terbaru di tahun 2019 menunjukkan angka penduduk di AS meningkat menjadi 328,2 juta orang.
(jnp/eks)