Ahli: Reaksi Antibodi Pasien Wafat dan Selamat Covid-19 Beda

jps | CNN Indonesia
Jumat, 20 Nov 2020 06:50 WIB
Sebuah studi baru menunjukkan perbedaan reaksi antibodi antara pasien yang selamat dan yang meninggal karena Covid-19.
Ilustrasi pasien Covid-19. (AP/Francisco Seco)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebuah studi baru menunjukkan perbedaan reaksi antibodi antara pasien yang selamat dan yang meninggal karena Covid-19. Tim peneliti mengatakan respons antibodi tidak pernah berkembang sepenuhnya pada pasien yang tidak selamat dari virus corona.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Cell itu menggunakan pendekatan serologi sistem Alter untuk membuat profil respon kekebalan antibodi dari 193 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit Umum Massachusetts, Amerika Serikat.

Mereka membandingkan respons antibodi dari pasien dengan penyakit sedang dan berat, serta pasien yang meninggal karena Covid-19.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melansir Science Daily, penelliti studi Galit Alter menyampaikan pasien yang meninggal karena Covid-19 memiliki cacat yang signifikan dalam pengembangan antibodi IgG, yang mungkin penting dalam pengendalian awal dan penghapusan virus.

Dalam respons imun yang matang, Alter menyampaikan antibodi memblokir infeksi dan mengarahkan sistem kekebalan untuk membunuh sel yang terinfeksi. Untuk memandu respon imun pembunuh, antibodi menempel pada reseptor Fc, sebuah tempat berlabuh khusus untuk antibodi yang ditemukan pada semua sel imun.

Tanpa ikatan reseptor Fc yang kuat, antibodi mungkin gagal menangkap dan menghancurkan virus setelah infeksi.

Dibandingkan dengan yang selamat, pasien yang menularkan Covid-19 memiliki antibodi yang tidak pernah sepenuhnya mengembangkan kemampuan untuk mengikat kuat ke reseptor Fc dan tidak dapat sepenuhnya memicu aktivitas respons antobodi.

Lebih lanjut, tim peneliti  juga menemukan bahwa sistem kekebalan orang yang selamat dapat mengenali dan menargetkan area protein spike SARS-CoV-2 yang dikenal sebagai domain S2.

Domain S2 ditemukan pada virus korona lain yang menginfeksi manusia, sehingga pasien yang antibodinya dapat menargetkannya mungkin memiliki kekebalan yang sudah ada sebelumnya terhadap domain S2 karena paparan virus korona umum lainnya.

Pasien dengan antibodi yang dapat mengenali domain S2 pada virus korona yang berbeda mungkin dapat menggunakan kekebalan yang sudah ada ini untuk menghasilkan antibodi pembunuh lebih cepat setelah infeksi SARS-CoV-2.

Melansir National Institute oh Health, peneliti menyampaikan IgM dan IgA muncul hampir bersamaan pada infeksi SARS-CoV-2. Peneliti menduga hal itu terjadi karena sifat infeksi yang sangat terkotak-kotak.

Penelitian di masa depan termasuk antibodi autologus dan efektor seluler dari pasien yang terinfeksi dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme perlindungan atau patologi.

(dal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER