Studi: 1 dari 4 Warga Dunia Baru Divaksin 2022

CNN Indonesia
Rabu, 16 Des 2020 18:15 WIB
Persediaan vaksin terbatas dan banyak diborong negara kaya, peneliti perkirakan 1 dari 4 negara dunia baru bisa divaksin pada 2022.
Ilustrasi. Vaksin corona dunia diperkirakan baru bisa didapat 1 dari 4 orang di dunia pada 2022 (AP/John Cairns)
Jakarta, CNN Indonesia --

Peneliti memprediksi seperempat atau satu dari empat orang di dunia kemungkinan baru mendapat vaksin Covid-19 pada 2022 atau lebih lama lagi.

Bahkan, jika semua penyedia vaksin corona yang mendapat izin memaksimalkan produksi, peneliti mengatakan bahwa hampir 25 persen (22,5 persen) dari populasi dunia mungkin harus menunggu sampai setidaknya 2022 untuk vaksinasi.

Jika seluruh kandidat vaksin dunia yang saat ini tengah diuji berhasil diproduksi, maka total kapasitas manufaktur vaksin pada akhir 2021 diperkirakan sejumlah 5,96 miliar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal total penduduk dunia berdasarkan data PBB pada 2020 sebanyak 7,7 miliar orang. Belum lagi tiap orang mesti mendapat dua kali vaksinasi Covid-19 agar aman dari infeksi.

Hal ini terungkap dari studi yang dipublikasikan dari jurnal BMJ. Studi yang dilakukan oleh profesor di Johns Hopkins School of Public Health, Anthony D So dan asisten penelitian Joshua Woo.

Mereka meneliti pra pembelian (pre order) untuk vaksin corona dunia. Perhitungan dilakukan pada pemesanan vaksin hingga 15 November 2020. Pemesanan ini dilakukan sebelum ada satu pun vaksin Covid-19 mendapat izin.

"Model yang ada saat ini menunjukkan tidak ad cukup vaksin untuk memenuhi seluruh populasi dunia hingga 2023 atau 2024," seperti ditulis Pusat Inovasi Duke Global Health, seperti dikutip Forbes.

Diborong negara kaya

Berdasarkan studi tersebut, sebanyak 7,48 miliar dosis vaksin telah dipesan oleh banyak negara dari 13 produsen vaksin. Jumlah itu cukup untuk memvaksinasi 3,74 miliar orang.

Sebanyak 51 persen dari 7,48 miliar dosis vaksin yang dipesan ternyata dimiliki oleh negara kaya yang hanya menguasai 14 persen penduduk dunia. Sisanya, 85 persen dari populasi global ada di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Dalam kesimpulan studi itu, negara-negara berpenghasilan tinggi telah mengamankan persediaan vaksin Covid-19 di masa depan sehingga membuat akses itu untuk seluruh dunia tidak pasti.

Sementara itu, vaksin yang ditujukan untuk negara miskin dan menengah diperkirakan hanya 40 persen dari kapasitas berbagai produsen vaksin. Sehingga, tergantung dari seberapa murah hati negara kaya berbagi jatah vaksin dengan negara miskin.

Selain itu, harga vaksin corona yang berkisar US$6 (Rp85 ribu; kurs Rp14.158) hingga US$74 (Rp1 juta) persuntikan. Hal ini juga disebut akan mempersulit negara miskin untuk mendapat jatah vaksin.

Insiatif Covax

Saat ini, Amerika Serikat telah memesan 800 juta dosis untuk 331 juta penduduk mereka. Negara itu menyumbang seperlima dari semua kasus Covid-19 secara global (11,02 juta kasus).

Sedangkan Jepang, Australia, dan Kanada jika dijumlahkan telah mencadangkan lebih dari satu miliar dosis, tetapi kasusnya tidak mencapai 1 persen dari kasus Covid-19 global saat ini (0,45 juta kasus).

Melansir Fast Company, saat ini sudah ada inisiatif vaksin dunia yang memang sengaja mengumpulkan dana untuk membeli vaksin untuk dibagikan gratis kepada negara miskin. Inisiatif yang mengumpulkan donasi dunia ini dinamakan Fasilitas Covax. Tetapi, upaya itu dinilai masih membutuhkan lebih banyak pendanaan.

Sejauh ini, Covax telah mengumpulkan sekitar US$2 miliar atau Rp28,2 triliun. Dana itu cukup untuk membeli dosis untuk sekitar setengah miliar orang. Mereka yang mendapat prioritas suntikan vaksin adalah para petugas kesehatan dan populasi yang paling berisiko.Cavax berencana mengumpulkan US$5 miliar atau Rp70,5 triliun lagi tahun depan.

(jps/eks)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER