Epidemiolog dari Universitas Griffith Dicky Budiman menyatakan pandemi, termasuk virus corona (Covid-19) tidak bisa selesai lewat vaksinasi. Dia mengatakan vaksinasi harus diikuti dengan strategi pencegahan yang lain.
"Berdasarkan sejarah dan literatur pandemi, belum ada yang selesai melalui program vaksinasi. Potensi yang sama juga bisa terjadi pada Covid-19," ujar Dicky kepada CNNIndonesia.com.
Dicky menuturkan program vaksinasi, khususnya yang bersifat eradikasi itu sangat sulit dilaksanakan. Sejarah mencatat bahwa eradikasi sebuah mencatat membutuhkan waktu puluhan tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat kondisi itu, dia mengingatkan vaksinasi Covid-19 akan memiliki banyak tantangan. Misalnya, terkait dengan keamanan hingga distribusi.
Lebih lanjut, Dicky menyampaikan keberhasilan program vaksinasi harus memenuhi sejumlah syarat. Misalnya, vaksin harus aman dan memiliki efektifitas di atas 60 persen.
Kemudian, kata dia angka reproduksi harus kecil. Untuk mencapai hal itu, kebiasaan menjaga jarak, menjaga kebersihan, dan memakai masker adalah yang sangat berperan penting.
"Strategi vaksinasi itu tidak berdiri sendiri. Dia harus dilakukan dalam satu situasi yang memadai, mendukung, dan relatif ideal," ujarnya.
Dicky juga mengingatkan cakupan vaksin harus luas jika program vaksinasi ingin berhasil. Dia menyebut cakupan vaksin harus 100 persen.
Dicky menegaskan 3M dan 3T (pemeriksaan, penelusuran kontak, dan perawatan/ isolasi) harus terus dilakukan hingga Indonesia terbebas dari pandemi Covid-19. Dia juga menyebut 3M dan 3T menjadi kewajiban di tengah ada atau tidaknya vaksin.
"3M dan 3T besar dan penting peranannya," ujar Dicky.
Terkait rencana pemerintah hanya menyediakan vaksin untuk 70 persen penduduk, dia membenarkan ada hitungannya. Misalnya, dia mengatakan Indonesia perlu vaksin dengan efektivitas mencapai 85 persen jika vaksin hanya tersedia untuk 70 persen penduduk dan dengan angka reproduksi di atas 2.
"Kecuali angka reproduksi di bawah 2 bisa saja di 80 persenan efektifitasnya. Tapi tetap di atas 80 persen efektivitas vaksin yang diperlukan," ujarnya.
Terkait kondisi itu, Dicky pun menyarankan pemerintah mencari vaksin Covid-19 dengan tingkat efektivitas di atas 80 persen. Meski WHO menyebut boleh 50 persen, dia berkata hal itu tidak berlaku bagi Indonesia dengan kasus yang terus meningkat dan jumlah penduduk yang banyak.
Lebih dari itu, Dicky mengingatkan vaksin terbaik adalah perilaku diri sendiri dalam menghadapi pandemi. Misalnya, dia berkata seseorang bisa terbebas dari Covid-19 jika mematuhi 3M dan pemerintah melakukan 3T.
Contoh negara yang berhasil melaksanakan 3M dan 3T adalah Australia. Hal itu terlihat dari angka reproduksi hanya 0,3 persen dan positivity rate di 0,2 persen.
"Makanya saya tegaskan vaksin adalah strategi terakhir," ujar Dicky.