Kisah di Balik Pembuatan Vaksin Covid-19 AstraZeneca-Oxford

CNN Indonesia
Kamis, 07 Jan 2021 13:15 WIB
Di balik kemanjuran vaksin Covid-19 AstraZeneca, ada kesan tersendiri bagi Amy Flaxman, seorang ahli imunologi yang terlibat dalam tim.
Ilustrasi vaksin Covid-19 AstraZeneca. (AP/John Cairns)
Jakarta, CNN Indonesia --

Vaksin Covid-19 yang dibuat oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca dilaporkan sangat efektif mencegah Covid-19 dalam uji klinis fase III. Laporan itu pun kemudian menjadi berita utama di seluruh dunia.

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata kemanjuran vaksin buatan Oxford mencapai 70 persen. Bahkan meningkat menjadi 90 persen ketika relawan menerima suntikan kedua.

Di balik kemanjuran itu ternyata ada kesan tersendiri bagi Amy Flaxman, seorang ahli imunologi yang terlibat dalam tim pengembang vaksin. Flaxman sempat menangis bahagia. Dia mengaku bersama rekan-rekannya telah bekerja keras untuk menciptakan vaksin itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya langsung menangis. Itu melegakan. Itu sangat menarik. Kami semua telah bekerja sangat keras sampai saat itu," kata Flaxman melansir Huffington Post.

Flaxman menceritakan uji coba vaksin Covid-19 jauh lebih intens daripada penelitian lain yang pernah dilakukannya. Pada vaksin MERS misalnya, dia mengaku hanya menguji padanya pada 24 relawan. Sedangkan pada vaksin Covid-19, jumlah peserta mencapai ribuan.

Di dalam tim, Flaxman mendapat banyak tugas salah satunya menguji antibodi dari sampel sukarelawan. Dia tidak mengira rutinitasnya terdahulu adalah pemanasan untuk sesuatu yang lebih besar.

"Saya tidak pernah tahu bahwa semua yang telah saya lakukan sebelumnya adalah hal yang persis sama yang harus saya lakukan untuk percobaan ini dan sangat penting," ujarnya.

Sean Elias, seorang ilmuwan postdoctoral menuturkan dirinya dan para peneliti menghabiskan waktu yang sangat lama di dalam laboratorium. Bahkan, beberapa peneliti bekerja selama 10 hari tanpa libur.

"Pada tahap pertama uji coba, beberapa orang bekerja sangat, sangat larut. Saya pikir yang terakhir beberapa orang bekerja adalah jam 3 pagi," ujar Sean.

Mustapha Bittaye, seorang ilmuwan postdoctoral menilai kerja keras itu merupakan bentuk tanggungjawab sebagai seorang peneliti. Mereka menyadari bahwa satu-satunya jalan keluar yang nyata dari pandemi dari virus yang sangat menular dan sangat mematikan itu adalah vaksin.

"Mengetahui apa yang Anda lakukan akan menguntungkan masyarakat yang lebih luas membuat Anda lebih fokus dan membuatnya lebih intens," ujar Bittaye.

Selama penelitian vaksin berlangsung, Bittaye berkata kesehatan peneliti adalah yang sangat krusial. Seluruh peneliti diwajibkan terus mencuci tangan. Seperti masyarakat umum, para peneliti juga terus mengenakan masker dan menjaga jarak sosial di laboratorium.

Berhadapan langsung dengan virus membuat peneliti sangat berpotensi menderita Covid-19. Jika ada seorang peneliti dinyatakan positif Covid-19 maka seluruh peneliti di laboratorium akan diisolasi dan pengembangan vaksin akan berhenti.

"Jika salah satu kolega Anda tertular virus, seluruh tim akan diisolasi. Jadi kami bahkan lebih berhati-hati dan kami memberikan banyak perhatian," ujar Bittaye.

Pembuat Vaksin Corona AstraZeneca Bukan Orang Jenius

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER