Bittaye mengatakan orang-orang yang mengerjakan vaksin Oxford bukanlah orang jenius. Namun, orang-orang yang bersemangat bertekad untuk membantu orang lain.
Dia mengatakan kisah yang dialami para peneliti dalam mengembangkan vaksin bisa menjadi kunci dalam menginspirasi orang untuk mengejar karir di bidang sains, serta untuk percaya pada diri mereka sendiri.
"Ini tentang gairah, bukan tentang menjadi seorang jenius. Satu-satunya kesamaan yang kami miliki adalah hasrat untuk apa yang kami lakukan dan seperti yang dikatakan Gallileo 'Gairah adalah asal mula kejeniusan'," ujar Bittaye.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami adalah sekumpulan individu yang bersemangat yang memiliki satu tujuan, memberikan vaksin untuk mengakhiri pandemi yang telah mempengaruhi begitu banyak kehidupan dan begitu banyak mata pencaharian di seluruh dunia," ujarnya.
Banyak orang tidak mengetahui bahwa data kemanjuran sebuah vaksin hanya diketahui oleh segelintir orang. Sehingga, peneliti seperti Flaxman baru mengetahui vaksin yang dikerjakan bersama koleganya manjur mencegah Covid-19 dari pengumuman resmi.
"Saya mengetahui pukul 8 pagi ketika pacar saya membangunkan saya dan berkata 'Data khasiat Anda telah diumumkan.' Saya memeriksa telepon saya dan saya menyadari bahwa saya harus segera bekerja secepat mungkin," kata Flaxman.
"Sebagian besar dari kami, selain orang yang paling senior dan orang yang bertanggung jawab atas komunikasi mengetahuinya pagi itu. Itu sangat menarik," ujarnya.
"Sebenarnya kami memiliki beberapa datanya, tetapi rahasia yang dijaga ketat, disimpan di antara tim inti sehingga tidak ada masalah kebocoran atau semacamnya," ujar Flaxman.
Perlombaan untuk menemukan vaksin Covid-19 diketahui telah dimulai sesaat setelah pandemi terjadi. Di seluruh dunia, para ilmuwan memfokuskan pada satu tujuan, yakni menemukan suntikan yang akan menghentikan virus yang telah membuat banyak orang meninggal.
Universitas Oxford, bersama dengan mitranya AstraZeneca, raksasa farmasi Inggris-Swedia merupakan salah satu pihak yang berada di garis depan dalam perburuan vaksin itu. Oxford diketahui mendapat dana sebesar £65,5 juta atau Rp1,2 triliun untuk membuat vaksin Covid-19.