Kepala bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono menjelaskan potensi gempa susulan di wilayah Majene dan Mamuju Sulawesi Barat (Sulbar) dengan intensitas kecil lazim terjadi.
Hal ini dikarenakan terjadinya sesar naik yang menimbulkan pergeseran batuan di bawah permukaan tanah.
"Gempa susulan dengan kekuatan kecil lazimnya masih akan terjadi. Hal ini karena saat terjadi gempa utama (mainshock) tercipta deformasi kerak bumi yang menimbulkan pergeseran blok batuan cukup luas di bawah permukaan," ujar Daryono, Senin (18/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BMKG mencatat, hingga siang hari ini telah terjadi 39 kali gempa dan memiliki magnitudo 4,2 dengan episenter terletak pada koordinat 2,91 LS dan 118,99 BT tepatnya di darat pada jarak 27 km, arah Tenggara Kota Mamuju dengan kedalaman 10 km.
Seperti rentetan gempa sebelumnya, gempa ini merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas Sesar Mamuju-Majene dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Gempa ini menimbulkan guncangan yang dirasakan di Majene dan Mamuju dalam skala intensitas II MMI dan tidak berpotensi tsunami.
Meski gempa yang terjadi sudah mencapai 39 kali, namun peristiwa gempa Mamuju dan Majene ini diklaim memiliki produktivitas gempa susulan yang lambat.
Dengan adanya produktivitas gempa susulan yang lambat, Daryono berharap ini menjadi pertanda baik, dan kondisi minim gempa susulan ini terus berlangsung hingga kondisi tektonik di zona gempa kembali stabil dan normal.
Lebih lanjut, BMKG mengimbau kepada warga Sulbar untuk tetap waspada karena pergeseran blok batuan untuk menyeimbangkan gaya tektonik di zona gempa.
Untuk mendapatkan posisi yang seimbang tersebut maka akan terjadi pergeseran blok-blok batuan secara tiba-tiba dan berubah gaya menjadi gempa di permukaan.
Fenomena gempa bumi Mamuju dan Majene Sulbar akan terus terjadi hingga kondisi kesetimbangan tektonik terwujud dan selanjutnya kondisi batuan benar-benar kembali stabil dan menjadi aman kembali.