Khusus di Indonesia, Sekar menilai kondisi konservasi alam dalam kondisi yang sedang membaik. Dia melihat ada peningkatan kepedulian, misalnya ketika mamalia laut seperti paus dan lumba-luma terdampar. Banyak masyarakat yang penasaran kenapa mamalia laut itu bisa mengalami hal itu.
Meningkatnya rasa penasaran masyarakat itu, kata Sekar harus diimbangi para peneliti. Dia berkata butuh peningkatan kemampuan peneliti untuk menganalisa lebih lanjut insiden tersebut agar valid.
"Kajadian terdampar ada setiap tahun, tapi masalahnya kita tidak benar-benar menindaklanjuti dengan studi lebih lanjut. Padahal itu adalah sarana untuk kita tahu situasi kesehatan laut kita seperti apa," ujar Sekar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekar mengingatkan mamalia laut sama seperti dengan makhluk hidup lainnya, yakni saling terkait satu sama lain. Sehingga, kepunahan mamalia laut dapat mempengaruhi keseimbangan alam.
"Mamalia laut sama-sama ciptaan Tuhan. Saya menyebut mereka 'saudara-saudara kita' yang bahasanya berbeda atau bukan spesies sebenarnya punya kontribusi yang banyak lho," ujarnya.
Paus misalnya, Sekar membeberkan bahwa pergerakannya di kolom air membantu sirkulasi atau adukan dari nutrien atau massa air di lautan. Kemudian, mamalia itu juga menahan serapan siklus karbon karena bisa menyimpan biomassa hingga waktu yang sangat lama.