Adapun pengalaman menarik ketika menjadi peneliti mamalia laut, Sekar mengaku terjadi ketika menangani seekor anak duyung di Papua. Dia menyebut anak duyung itu tidak mau menjauh dari para penyelamat ketika hendak dilepas kembali ke habitatnya.
Anak duyung itu, kata dia mengira dirinya adalah induknya. Kondisi itu terjadi karena hewan itu juga memiliki insting.
"Jadi dia ngikutin saya saja mengira ibunya. Jadi saya senang sekali, wah binatang liar bisa sangat bersahabat sekali dengan manusia. Walaupun ini bisa berbahaya kalau ketemu manusia-manusia yang jahat," ujar Sekar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekar menambahkan para pelajar meminta tidak ragu untuk menjadi peneliti seperti dirinya. Namun, dia meminta untuk terlebih dahulu mengenali minat dan untuk apa minat itu. Kemudian, dia juga berharap para pelajar untuk mulai menjadi kritis terhadap sesuatu, terutama jika mengenyam pendidikan di luar negeri.
"Mungkin dengan budaya ketimuran, kita suka sungkan untuk kritis terhadap sesuatu. Tapi, kalau kita mau menjadi akademisi, kita harus kritis terhadap sesuatu, jangan main percaya saja," ujarnya.
Menjadi peneliti, lanjut dia merupakan hal yang menyenangkan. Selain itu, dia mengaku bisa berkeliling dunia karena mendapat beasiswa ketika menjadi peneliti.
(jps/mik)