Zona Megathrust, Alasan Banyuwangi Berpotensi Gempa M 8,7

CNN Indonesia
Jumat, 05 Mar 2021 15:25 WIB
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan selatan Jawa Timur berpotensi dilanda gempa dan tsunami dahsyat.
Ilustrasi tsunami. (Foto: Istockphoto/johnnorth)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan selatan Jawa Timur berpotensi dilanda gempa dan tsunami besar. Kepala bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan potensi itu akibat keberadaan zona subduksi Lempeng Indo-Australia.

"Hasil kajian para ahli, segmen megathrust Jawa Timur memiliki magnitudo tertarget 8,7," ujar Daryono kepada CNNIndonesia.com, Jumat (5/3).

Daryono menuturkan salah satu wilayah yang berpotensi dilanda gempa dan tsunami itu adalah Banyuwangi. Zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia di dekat kawasan itu merupakan generator gempa kuat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keadaan itu, kata dia juga membuat wajar jika wilayah selatan Jawa merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami.

Berdasarkan data, dia membeberkan Banyuwangi pernah dilanda tsunami akibat gempa magnitudo 7,8 pada 3 Juni 1994. Tinggi tsunami di wilayah itu bahkan mencapai 13,9 meter dan menelan korban 250 orang meninggal.

"Pantai terdampak adalah Banyuwangi, Jembrana Bali, Benoa, Jember, Lumajang, Malang. Jadi potensi itu nyata bukan isu," ujarnya.

Zona subduksi Lempeng Indo-Australia, kata Daryono juga membuat pulau Jawa kerap diguncang gempa besar. Berdasarkan data, gempa dengan kekuatan di atas magnitudo 7,0 di pulau Jawa terjadi pada tahun 1840, 1859, 1863,1867, 1871, 1896, 1903, 1921, 1923, 1937, 1945,1958, 1962, 1967, 1979, 1980, 1981, 1994, dan 2006.

Sementara itu, tsunami selatan Jawa juga pernah terjadi pada tahun 1840, 1859, 1921, 1994, dan 2006.

"Ini menunjukkan bahwa informasi potensi bahaya gempa yang disampaikan para ahli adalah benar. Besarnya magnitudo gempa yang disampaikan para pakar adalah potensi bukan prediksi," ujar Daryono.

Di sisi lain, Daryono menyampaikan setiap gempa dan tsunami tidak memiliki kepastian kapan akan terjadi. Sehingga, dia mengimbau semua pihak agar melakukan beberapa upaya untuk mengurangi risiko terjadinya bencana, baik secara fisik maupun non-fisik.

Misalnya, semua pihak harus melakukan upaya mitigasi struktural dan non struktural yang nyata dengan cara membangun bangunan aman gempa.

"Selain itu, melakukan penataan tata ruang pantai yang aman dari tsunami, serta membangun kapasitas masyarakat terkait cara selamat saat terjadi gempa dan tsunami," ujarnya.

(jps/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER