Setelah sukses membantu perkembangan start up sejak 2018, Grab Ventures Velocity (GVV) batch ke-4 bakal dibuka pertengahan tahun ini. Sejak tiga tahun lalu, GVV telah meluncurkan tiga angkatan dan berhasil membimbing 20 start up di Asia Tenggara untuk masuk ke ekonomi digital, dan 15 diantaranya berasal dari Indonesia.
Digitalisasi dan teknologi telah membuka pintu kesempatan baru bagi UMKM dan juga start up. Terutama pada 2020, di tengah hantaman pandemi, digitalisasi dan akselerasi teknologi telah menghantarkan bisnis untuk dapat bertahan.
Sebagai aplikasi super terkemuka di Asia Tenggara, Grab telah memfokuskan diri dalam rangka membimbing start up melalui program GVV yang sudah dijalankan sejak 2018. Grab percaya bahwa dengan membimbing talenta lokal, juga dapat berkontribusi bagi perkembangan start up dan perekonomian Indonesia.
Country Managing Director, Grab Indonesia, Neneng Goenadi menjelaskan, bahwa ekosistem start up di Asia Tenggara, khususnya Indonesia meningkat sangat pesat. Indonesia sendiri masuk lima besar dunia dengan pertumbuhan start up. Total ada 2.193 start up di Indonesia yang 'hidup' hingga hari ini.
"Start up semuanya punya potensi yang luar biasa. Kesempatannya banyak. Mereka benar-benar menggunakan kesempatannya di pasar Indonesia, karena pasar di Indonesia besar sekali," kata Neneng.
Neneng mengatakan, GVV memberi kesempatan kepada start up untuk melakukan pilot project melalui ekosistem Grab. Dengan menjembatani para start up melakukan pilot project di ekosistem Grab yang punya customer base sangat besar, start up dapat melihat perkembangannya.
"Contohnya di Grab yang punya ekosistem yang luas dan customer base yang sangat besar, sehingga bisa dicek pilotnya berhasil atau tidak," ujarnya.
Lebih lanjut, Neneng menjelaskan, GVV merupakan upaya Grab untuk mendukung ekosistem start up di Indonesia dan mendukung upaya pemerintah untuk menjadi negara ekonomi digital terbesar.
"Pemerintah juga menekankan bahwa dalam rangka menjadi negara ekonomi digital terbesar, kita perlu mengakselerasi transformasi digital termasuk start up," katanya.
Untuk GVV batch ke-4 yang akan segera dibuka pendaftarannya, Neneng menambahkan, Grab masih fokus dalam membantu UMKM dan membantu akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Mengingat, situasi pandemi masih berlangsung.
Neneng menerangkan, digitalisasi dan teknologi sangat memberi dampak positif kepada bisnis-bisnis mikro. Belum lagi jika melihat pertumbuhan start up di Asia Tenggara sangat besar, maka GVV memberi kesempatan kepada start up untuk ikut ambil bagian agar bisa berkembang.
"Grab berkomitmen mengakselrasi start up ini dengan GVV. Ini juga menjadi bagian dari misi kami GrabForGood," ujarnya.
"Dunia kan belum mencapai herd immunity. Dengan situasi seperti itu kita tetap sangat perlu untuk supaya UMKM terdigitalisasi. Dengan terdigitalisasi UMKM itu pasti membantu perekonomian tetap berjalan. GVV ke-4 ini tentunya fokus di UMKM," katanya.
Keuntungan Mengikuti GVV
Sejak 2018 lalu, GVV telah meluluskan tiga angkatan. Total ada 20 start up dari tiga angkatan tersebut.
Beberapa dari mereka kini sudah terintegrasi dalam aplikasi Grab seperti Sejasa.com dan Sayurbox, serta dapat ditemukan juga di 'Solusi Mitra GrabMerchant' di mana mitra merchant GrabFood dan GrabMart dapat menjangkau mereka apabila membutuhkan solusi bagi kebutuhan bisnisnya.
Ekosistem terbuka Grab akan membantu para start up untuk menjangkau lebih banyak bisnis dan UMKM, serta kesempatan untuk berkembang bersama.
Dua lulusan GVV, yakni Printerous dan Qoala contohnya. Kedua start up merupakan lulusan terbaik dan telah berkembang pesat setelah bergabung dengan GVV.
CEO Printerous, Kevin Osmond mengakui, ekosistem start up, khususnya di Indonesia, jauh lebih baik ketimbang lima sampai 10 tahun lalu. Dimana ekosistem modal ventura, accelerator, dan inkubator sudah lebih banyak.
Usai mengikuti GVV, Printerous yang merupakan lulusan batch ke-3 pada 2020 lalu, dapat mengembangkan bisnisnya dan turut berkontribusi dalam mendorong pulihnya ekonomi nasional lewat dukungannya terhadap UMKM. Printerous juga telah melakukan kerja sama dengan banyak UMKM dalam 12 bulan terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Kami sebuah platform yang menghubungkan penyedia jasa cetak kemasan kepada UMKM. Selama 12 bulan terakhir, kami banyak sekali bekerja sama dengan UMKM penjahit, terutama untuk memproduksi masker," ujarnya.
Kevin melihat, di masa pandemi banyak UMKM baru di Indonesia. Terutama usaha mikro atau usaha kecil rumahan. Banyak usaha kecil rumahan yang bergerak di sektor makanan dan minuman. Di situ Printerous bergerak membantu mereka dalam pencetakan kemasan produk usaha mikro.
"Mereka butuh kemasan. Akhirnya kami memunculkan produk line up tanpa minimum order quantity. Jadi tanpa order quantity, mereka bisa pesan kemasan dengan branding dari UMKM tersebut," ujarnya.
Saat ini, layanan Printerous difokuskan untuk memenuhi kebutuhan cetak dan kemasan bagi UMKM. Kebutuhan akan branding, materi promosi, hingga packaging juga turut menjadi bagian penting bagi UMKM di masa ini untuk dapat terus berkembang, terutama UMKM di bidang kuliner.
"Kami menyadari bahwa Printerous dapat turut ambil bagian dalam proses pengembangan UMKM dan kami sangat senang, bahwa layanan kami dapat membantu mereka," tambah Kevin.
Hal serupa juga dirasakan oleh Qoala, sebuah perusahaan startup teknologi di bidang asuransi (insurance technology/insurtech). Start up yang didirikan sejak 2018 ini telah memberikan solusi untuk menjawab tantangan dan juga kebutuhan warga Indonesia, terutama di bidang asuransi.
Berawal dengan menghadirkan solusi proteksi smartphone dengan premi yang terjangkau untuk konsumennya, saat ini Qoala telah memiliki beberapa solusi proteksi lainnya seperti asuransi mobil, motor, perjalanan, kesehatan, penyakit kritis, jiwa, hingga santunan tunai.
Perkembangan produk ini merupakan sebuah hasil dari pelajaran yang didapat oleh Qoala saat mengikuti program GVV Batch 2 pada 2019. Qoala ikut ambil bagian di GVV untuk mengetahui kebutuhan dari konsumen dan menghadirkan produk asuransi yang relevan dan dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
"Salah satu hal yang kita dapat dukung dari sisi akses terhadap produk asuransi. Karena itu merupakan hal sangat penting, supaya kita bisa menunjang keberlangsungan UMKM, mungkin dari resiko-resiko yang bisa terjadi misalnya proteksi kesehatan pelaku UMKM atau karyawannya, keluarga mereka," ujarnya.
Setelah lulus dari GVV, Qoala sendiri mendapat kesempatan bergabung di ekosistem Grab, yakni GrabKios. Dengan kesempatan itu, Qoala telah memperluas produk solusi yang ditawarkan oleh para Agen GrabKios dengan solusi proteksi smartphone untuk mitra pengemudi Grab dalam melakukan top-up OVO mereka.
Kehadiran Qoala juga menjadi pilihan yang tepat untuk dapat meningkatkan pendapatan lebih kepada para Agen GrabKios. Qoala pun saat ini telah mendapatkan pertumbuhan 6 hingga 7 kali lipat saat ini, dibandingkan dengan tahun sebelumnya.