Grab dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) kembali menanggapi isu merger dua perusahaan teknologi raksasa Gojek dan Grab.
Isu ini muncul setelah CEO SoftBank, Masayoshi Son mendukung rencana merger kedua perusahaan. SoftBank merupakan investor terbesar Grab.
Kepada CNNIndonesia.com, Grab menolak untuk berkomentar mengenai isu merger ini. Lebih lanjut Grab mengatakan isu itu merupakan spekulasi yang beredar di pasar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tidak berkomentar mengenai spekulasi yang beredar di pasar," kata juru bicara Grab kepada CNNIndonesia.com, Kamis (3/12).
Sementara itu, pihak Gojek belum menanggapi soal isu merger ini.
Lebih lanjut, regulator transportasi di Indonesia, Kementerian Perhubungan mengatakan tidak mengetahui mengenai isu merger antara Grab dan Gojek.
"Belum dengar saya," kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi saat dihubungi, Rabu (2/11) malam.
Dilaporkansatu pendiri Grab Anthony Tan akan menjadi CEO dari entitas gabungan, sementara eksekutif Gojek akan menjalankan bisnis gabungan baru di Indonesia dengan merek Gojek.
Diskusi tersebut muncul ketika kedua perusahaan yang bersaing ini merugi di berbagai negara akibat berbagai pembatasan terkait virus Covid-19. Di Indonesia yang merupakan tempat kedua perusahaan bersaing ketat, kedua perusahaan juga merugi.
Nilai valuasi kedua aplikasi 'super platform' ini turun secara substansial di pasar sekunder, di mana saham diperdagangkan secara informal. Saham Grab yang berbasis di Singapura senilai US$14 miliar pada putaran pendanaan terakhirnya di 2019 telah diperdagangkan dengan diskon 25 persen.
Saham Gojek yang bermarkas di Jakarta, senilai hampir US$10 miliar tahun lalu, juga telah dijual dengan diskon besar. Kerugian yang timbul akibat Covid-19 kepada bisnis ride-hailing menekan Grab dan Gojek untuk melakukan merger.
(jnp/eks)