Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM mengungkapkan penyebab gempa bumi berkekuatan magnitudo 6 di Maluku Tengah, Maluku, pada Rabu (16/6).
Kepala PVMBG Andiani dalam keterangan tertulis menyebut gempa itu berkaitan dengan aktivitas sesar aktif di daerah Teluk Taluti.
"Berdasarkan lokasi pusat gempa bumi dan kedalamannya, maka kejadian gempa bumi tersebut diperkirakan berasosiasi dengan aktivitas sesar aktif di daerah Teluk Taluti, dengan mekanisme sesar normal pada kedudukan Strike= N 217o E, Dip= 57o, Rake= -85o," kata Andiani, Rabu (16/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gempa bumi di Maluku Tengah, terjadi Rabu siang pada pukul 11:43:08 WIB. Menurut data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), lokasi pusat gempa bumi terletak di laut pada koordinat 3,39°LS dan 129,56°BT dengan M 6,0 pada kedalaman 10 km dan berjarak sekitar 67,5 KM Timur Tenggara Masohi atau ibukota Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Andiani menuturkan, lokasi pusat gempa terletak di laut yaitu di Teluk Taluti, Pulau Seram bagian tengah yang termasuk dalam Kabupaten Maluku Tengah.
Adapun daerah yang terdekat dengan pusat gempa yaitu Kabupaten Maluku Tengah, terutama daerah pantai Teluk Taluti. Daerah pantai tersebut sebagian besar disusun oleh endapan kuarter berupa aluvial pantai dan sungai.
Menurut data BMKG, guncangan gempa bumi di sekitar lokasi pusat gempa bumi dirasakan dengan intensitas IV-V MMI (Modified Mercally Intensity).
Berdasarkan informasi dari BPBD Provinsi Maluku, kejadian gempa bumi ini mengakibatkan kerusakan beberapa bangunan di daerah Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah.
Sementara, berdasarkan data Pasang Surut Stasiun Tehoru, terdapat indikasi abnormal muka air laut sekitar 3 menit pasca terjadinya gempa bumi, yaitu sekitar 50-60 cm.
Sedangkan, di Stasiun Amahai yang berada di sebelah barat Tehoru, tidak terdeteksi adanya anomali. Sehingga diperkirakan terjadinya tsunami kecil ini akibat longsoran pada tebing bawah laut di sekitar lokasi pusat gempa bumi yang dipicu oleh gempa bumi.
"Berdasarkan catatan Badan Geologi, daerah Tehoru pernah terlanda tsunami akibat longsoran yang dipicu gempa bumi pada tanggal 28 Januari 2006 dengan magnitudo M7,4 dan tanggal 29 September 1899 dengan magnitudo M7,8," tutur Andiani.
Menurut data Badan Geologi, daerah Kabupaten Maluku Tengah terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa menengah hingga tinggi. Permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi tersebut terletak terletak pada KRB gempa bumi menengah.
Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana Tsunami (KRBT) level 1, daerah pantai selatan Pulau Seram berpotensi terlanda tsunami dengan ketinggian tsunami di pantai mencapai 5,3 meter.
Andiani mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, dan tidak terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami. Selain itu, masyarakat agar tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan yang kekuatannya semakin mengecil.
"Untuk masyarakat yang mengalami dampak gempa bumi ini berupa kerusakan bangunan direkomendasikan untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman," ujarnya.
Sementara itu, bangunan dan rumah penduduk di yang terletak pada KRB gempa bumi menengah harus dibangun dengan bangunan tahan guncangan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan. Selain itu juga harus dilengkapi dengan tempat dan jalur evakuasi.
Andiani menambahkan, kejadian gempa bumi ini diperkirakan berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan atau collateral hazard dalam dimensi kecil berupa retakan tanah, gerakan tanah dan juga likuefaksi tipe non aliran.
(hyg/mik)