MEET THE GEEK

Adi Rahman Adiwoso, Tinggalkan AS Nekat Bangun Satelit di RI

CNN Indonesia
Jumat, 09 Jul 2021 15:10 WIB
Adi Rahman Adiwoso mengembangkan industri satelit di dalam Negeri dan ikut membangun perusahaan satelit Pasifik Satelit Nusantara (PSN).
Adi Rahman Adiwongso
Jakarta, CNN Indonesia --

Adi Rahman Adiwoso sibuk menyiram tanaman di pekarangan rumahnya. Ia memilih berkebun untuk mengisi waktu luang, di tengah hari libur yang tidak diperbolehkan beraktivitas di luar rumah imbas pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat di Jawa-Bali.

Berkebun memang bukan keahlian Adi. Ia masyhur sebagai pelopor dalam mengembangkan industri satelit di dalam Negeri, dengan ikut membangun perusahaan satelit Pasifik Satelit Nusantara (PSN).

Adi di masa kecil bukan bocah kaleng-kaleng. Sedari kecil ia mengaku sangat tertarik dengan berita-berita di koran yang melaporkan ada manusia sudah bisa singgah di Bulan, salah satunya kosmonaut asal Rusia, Yuri Gagarin. Terlebih saat di usia 9 tahun 1960, ia pertama kalinya melakukan penerbangan menggunakan pesawat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulu saya terbang pertama di usia 9, karena ayah saya di Kementerian Luar Negeri, jadi pergi tahun 1960 saya terbang pertama kali. Pasti tertarik lah, pada tahun itu pesawat terbang sangat menarik," kenang Adi saat berbincang dengan CNNIndonesia.com.

Alasan itulah yang akhirnya memicu Adi berkeinginan untuk mengambil studi di bidang aeronautika. Ia sempat mengenyam pendidikan di Bachelor of Science dari Universitas Purdue, hingga master di bidang aeronautika di Institut Teknologi California, Amerika Serikat (AS).

"Ayah saya kebetulan ditempatkan di Amerika Serikat ya saya selesai SMA di Indonesia cari sekolah akhirnya dapat sekolah, kemudian sekolahnya kasih beasiswa S1 sama S2 ya sudah sekolah di sana," tuturnya.

Ia nekat ambil studi di bidang sains, padahal tidak ada garis turunan yang menempuh studi di dunia eksakta. Ayahnya seorang lulusan sarjana Hubungan Internasional, sementara sang ibunda hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Namun kedua orangtua Adi membebaskan anak-anaknya untuk mengambil pendidikan di bidang apapun.

Adi beserta 5 saudaranya berbeda mengambil studi. Ia menyebut, beberapa saudaranya ada yang menempuh studi di bidang linguistik, dan ada yang di bidang kedokteran gigi. Kebebasan itu yang membuatnya leluasa dalam mendalami suatu ilmu.

 di Perusahaan Perakit Satelit di AS

Saat menempuh studi di AS, ia tidak hanya ingin sekolah saja, melainkan berjuang mencari ilmu dan pengalaman di luar kampus dengan cara mengikuti program magang di salah satu perusahaan perakit satelit di AS, Hughes Aircraft.

Adi menceritakan awalnya berniat hanya magang di perusahaan itu. Namun nasib berkata lain. Ia ditawari untuk kerja di perusahaan itu usai menyelesaikan studinya.

Tak terasa waktu 8 tahun sudah dilaluinya. Ia mengaku perusahaan itu membuat dirinya kerasan lantaran tidak membeda-bedakan suku, ras atau kebangsaan. Ia menilai kerja di perusahaan di AS tidak bedanya dengan pekerja biasa di tanah air.

Usai 8 tahun berselang, rasa nasionalismenya tergugah. Ia berkeinginan untuk kembali ke kampung halamannya, dengan misi untuk mengembangkan usaha di bidang satelit, dan ingin merasakan tantangan baru.

Pada 1982 akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke tanah air. Meski dengan rasa khawatir tidak mendapatkan kerja di Indonesia, ia memberanikan diri mengajukan surat pengunduran di perusahaan satelit AS itu.

Rasa khawatir itu ia sampaikan kepada pimpinan perusahaannya saat mengajukan surat pengunduran diri. Sampai akhirnya ia diminta oleh pimpinan agar dapat kembali ke perusahaan itu, apabila dirinya gagal berjuang di tanah kelahirannya.

"Saya dulu baik-baik keluar dari perusahaan AS itu. Kalau saya gagal dalam 4-5 tahun, saya bisa kembali ke AS. Akhirnya saya boleh pulang ke Indonesia, dibayarin ongkosnya, dikasih gaji 6 bulan. Kalau enggak cocok boleh kembali," ujar dia.

Bangun PSN dengan Modal Nekat

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER