Dari hasil peta LiDAR ini, Mudrik lantas menghitung seluruh pergeseran sungai akibat pergerakan sesar, mulai dari kilometer 0 sampai 29.
Pergeseran sungai ini variatif. Pergeseran terbesar sepanjang 460 meter terjadi di bagian timur, yang meliputi Sungai Cimahi, Cihideung, dan Sungai Cikapundung. Sementara sungai yang lebih muda seperti Sungai Cimeta di bagian barat, bergeser 120 meter.
"Pergeseran Sesar Lembang berbeda-beda tergantung umur sungai. Kalau sungai tua sekali maka ia merekam kejadian yang lebih tua lagi," jelas Mudrik saat ditemui di kantor LIPI (6/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sungai-sungai kecil diteliti juga, pergeserannya 65 meter, 72 meter," jelasnya.
Menurutnya, pergeseran aliran sungai besar merupakan bukti rekaman pergeseran sesar dalam jangka panjang. Sementara pergeseran di sungai kecil dengan menunjukkan peristiwa pergeseran sesar dalam jangka waktu lebih pendek.
![]() |
Sehingga, sungai yang lebih tua dan besar di bagian timur (Cikapundung, Cihideung, Cimahi), merekam kejadian pergeseran sesar lebih lama daripada sungai yang lebih muda di barat (Cimeta).
Dari perhitungan pergeseran sungai, Mudrik juga bisa menarik kesimpulan bahwa Sesar Lembang hingga section tertentu dia murni bergeser. Di seksi Cihideung hingga Batu Lonceng, sesar tak murni bergeser mendatar tapi sedikit memiliki daya angkat gerak vertikal.
Sehingga sisi selatan Sesar Lembang patah dan terangkat lebih tinggi dari sisi utara. Jadi, tak heran jika di kawasan Cihideung, Maribaya, hingga Batu Lonceng kawasan Sesar Lembang lebih terjal.
"Jadi kita bisa bilang straight slip system 100 persen, 20 persen ada deep slip...Komponen yang mengangkat sesar lembang ini sekitar 20 persen. Gunung batu itu bagian yang terangkat," paparnya.
Pada Sungai Cimeta, Mudrik juga menemukan bukti batuan yang terpatah akibat pergeseran Sesar Lembang di segmen barat.
"Geologis itu ingin melihat jejak sesar di batuan dasar. Disini (sungai Cimeta) ada batuan break (patah), kalau normal ini batuannya menerus. Tapi dia terpotong," ujarnya.
"Kita susur sungai di Cimeta, ketemu di bagian bawah batuan breksi bagian atas andesit. Kemungkinan dia bergeser degnan batuan lain, lalu dia tererosi dehingga dia keliatan. Ini Sesar Lembang yang bisa dilihat dan dipegang," lanjutnya lagi.
Peta LiDAR yang dihasilkan oleh penelitian Mudrik juga menunjukkan panjang Sesar Lembang sepanjang 29 kilometer dengan arah pergerakan mengiri.
Untuk memperkuat argumen penelitian, Mudrik juga melakukan penggalian uji paritan di segmen timur Sesar Lembang dekat Batu Lonceng.
Menurut Mudrik, dengan penggalian, peneliti bisa memperkirakan kapan terjadi peristiwa gempa hebat akibat Sesar Lembang.
"Ada lapisan yang bisa kita lacak umurnya, sehingga kita bisa tahu event gempa bumi," lanjutnya sambil menunjukkan foto-foto hasil penggalian.