Menurut situs National Oceanic and Atmospheric Administration, fenomena La Nina pada umumnya didahului oleh penumpukan air laut yang telah mengalami penurunan temperatur. Angin yang mengarah ke timur dan ombak laut membantu perpindahan air laut tersebut ke permukaan melalui proses yang kompleks.
Peristiwa La Nina dikaitkan dengan konveksi yang lebih besar dari normalnya di atas benua maritim khususnya Indonesia. Hal itu biasanya akan menyebabkan curah hujan yang lebih tinggi dari rata-rata di sebagian besar wilayah Indonesia dan sekitarnya.
Namun demikian, dampak dari La Nina juga tergantung dari kekuatan La nina itu sendiri yang terdiri dari tiga kategori, yakni lemah, menengah, dan kuat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan perlu dicatat juga bahwa dampak dari La Nina ini tergantung juga fenomena-fenomena lain seperti Indian Ocean Dipole, kondisi panas dinginya laut di Indonesia, maupun angin monsun yang dominan juga mempengaruhi iklim di Indonesia," ujar
Kasubid Analisis Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi (20/10/2020).
Ketika La Nina terjadi, Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya. Pendinginan SML ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.
Selain pengaruh sirkulasi angin monsun dan anomali iklim di Samudera Pasifik, penguatan curah hujan di Indonesia juga turut dipengaruhi oleh penjalaran gelombang atmosfer ekuator dari barat ke timur berupa MJO (Madden Julian Oscillation ) dan Kelvin, atau dari timur ke barat berupa gelombang Rossby.
Aktivitas La Nina dan MJO pada saat yang bersamaan ini dapat berkontribusi signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia. MJO di Indonesia terjadi akibat interaksi antara laut dan atmosfer di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia yang mengapit Indonesia.
MJO berdampak pada peningkatan curah hujan disertai angin kencang dan petir. Herizal menjelaskan fenomena MJO sendiri merupakan fenomena yang serupa dengan fenomena gelombang ekuator, namun dengan pergerakan ke arah Timur pada kisaran periode selama 22 hari di Indonesia.
(eks)