Roth mencatat hingga kini terdapat ribuan akun yang mendaftar di Twitter setiap jam. Dengan banyaknya pendaftar, Twitter melakukan identifikasi apakah ada akun yang mirip atau saling berkaitan satu sama lain.
Misalnya ada beberapa akun baru yang dibuat dengan email yang sama, nomor telepon, alamat, lokasi maupun waktu pendaftaran yang sama ketika mendaftar. Dengan cara itu akun bodong yang kerap digunakan buat tujuan menyesatkan atau mengelabui orang bisa diminimalisir.
Selain sederet metode di atas, pihaknya juga memberikan arsip data yang dianggap Twitter menyebarkan kampanye manipulatif. Pihaknya menerbitkan data lengkap sebanyak 9TB yang dapat diakses di dalam website bantuan Twitter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejak kami luncurkan arsip ini di tahun 2018 kami telah mengungkapkan jutaan twit, data gambar dan video 9 TB yang terdiri dari 17 negara dengan 37 kampanye terpisah," ucap Roth.
Roth mengatakan dengan memaparkan data itu masyarakat diharapkan bisa memahami dengan tepat apa yang terjadi dan apa yang menjadi bagian dari suatu bentuk kampanye yang memberikan pengaruh menyesatkan di Twitter.
"Tujuan kami melakukan ini adalah kami meyakini bahwa kami bertanggung jawab untuk menyediakan transparansi bagi pengguna, peneliti, pemerintah serta kepada umum tentang kampanye disinformasi yang terjadi di twitter," ucap Roth.
Roth mengatakan keterbukaan itu merespons hasil penelitian yaitu metode pemblokiran atau take down konten yang kerap dilakukan Twitter tak cukup untuk melindungi pengguna dari merebaknya berita bohong. Alhasil mereka memilih melakukan transparansi supaya masyarakat memahami dan mengetahui contoh disinformasi.
(can/ayp)