Pakar Soroti Ironi Kematian Covid-19 dan Flu Spanyol di AS
Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, menyoroti ironi tingkat kematian pada pandemi Covid-19 di Amerika Serikat dibandingkan Flu Spanyol pada 1918.
Jika dibandingkan dengan wabah Flu Spanyol, menurut Dicky angka kematian akibat Covid-19 seharusnya tidak setinggi seperti sekarang. Sebab, teknologi dan fasilitas kesehatan di era pandemi Covid-19 jauh lebih baik dibandingkan dengan era Flu Spanyol.
"Perbedaan yang mencolok dari kedua pandemi ini sebenarnya yang sangat disayangkan dari angka kematian yang tinggi adalah dari sisi teknologi, fasilitas kesehatan yang lebih baik, sisi vaksin lebih memadai dan banyak pilihan, seharusnya tidak terjadi kasus kematian sebanyak ini," kata Dicky kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Selasa (21/9).
Pernyataan yang disampaikan Dicky menanggapi pernyataan soal Covid-19 yang membunuh lebih banyak warga Amerika Serikat (AS) dibandingkan wabah Flu Spanyol.
Lihat Juga : |
Menurut Dicky yang memperburuk situasi AS saat pandemi adalah persoalan infodemik dan krisis kepemimpinan.
"Perbedaan yang paling mencolok lain adalah infodemiknya rendah, faktor leadership juga sangat penting. Kita tahu pada awal-awal pandemi Amerika leadershipnya sangat lemah sekali," ujar Dicky.
Menurut Dicky Covid-19 jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan Flu Spanyol, sebab angka reproduksinya jauh lebih besar. Apalagi reproduksi dari Covid-19 varian mutasi Delta dapat meningkat tiga kali lipat.
Faktor lain yang dinilai mempercepat penyebaran Covid-19 adalah tingkat mobilitas masyarakat saat ini yang jauh lebih tinggi dan mudah untuk berpindah tempat atau dari negara satu ke negara lainnya dalam waktu singkat, jika dibandingkan saat Flu Spanyol merebak.
"Dari ujung ke ujung itu kurang dari dua hari untuk mencapai ujung dunia. Ini yang membuat virus lebih berpotensi menyebar lebih cepat," kata Dicky.