LAPAN Ungkap Faktor Purnama Tak Selalu Tepat 15 Hijriah

mts | CNN Indonesia
Kamis, 07 Okt 2021 10:30 WIB
LAPAN menyatakan bulan purnama astronomis tidak selalu jatuh di tanggal 15 dalam penanggalan Hijriah.
LAPAN menyatakan bulan purnama astronomis tidak selalu jatuh di tanggal 15 dalam penanggalan Hijriah. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)

Andi menerangkan, kemunculan hilal rata-rata 15 jam setelah fase bulan baru astronomis, sementara selang waktu dari bulan baru astronomis hingga purnama astronomis rata-rata 14 hari 18,4 jam.

Jika hilal muncul sekitar 15 jam setelah bulan baru astronomis, sementara selang waktu dari bulan baru astronomis hingga purnama astronomis sekitar 14 hari 18 jam, maka selang waktu dari munculnya hilal hingga Purnama astronomis sekitar 14 hari 3 jam atau dibulatkan menjadi 14 hari.

Demikian juga jika hilal, menurutnya, muncul sekitar 25 jam setelah bulan baru astronomis, sementara selang waktu dari Bulan Bar astronomis hingga purnama astronomis sekitar 15 hari 14 jam, maka selang waktu dari munculnya hilal hingga purnama astronomis sekitar 14 hari 13 jam atau dibulatkan menjadi 14 hari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akan tetapi, Andi menyampaikan, jika hilal muncul sekitar 25 jam setelah bulan baru astronomis, sementara selang waktu dari bulan baru astronomis hingga purnama astronomis sekitar 13 hari 22 jam, maka selang waktu dari munculnya hilal hingga purnama astronomis sekitar 12 hari 21 jam atau hampir 13 hari.

Pun begitu, jika hillal muncul sekitar 5 jam setelah bulan baru astronomis, sementara selang waktu dari Bulan Baru astronomis hingga purnama astronomis sekitar 13 hari 22 jam, maka selang waktu dari munculnya hillal hingga purnama astronomis sekitar 13 hari 17 jam atau dibulatian menjadi 14 hari.

Sedangkan, jika hilal muncul sekitar 5 jam setelah bulan baru astronomis, sementara selang waktu dari bulan baru astronomis hingga purnama astronomis sekitar 15 hari 14 jam, maka selang waktu dari munculnya hilal hingga purnama astronomis sekitar 15 hari 9 jam atau dibulatkan menjadi 15 hari

Andi menerangkan, patokan yang digunakan ialah tengah hari karena merupakan waktu di antara terbit dan terbenam matahari. Jika purnama astronomis terjadi setelah tengah hari, maka iluminasi bulan akan maksimum saat terbenam matahari setelah tengah hari, sedangkan iluminasi bulan saat terbit matahari sebelum tengah hari lebih kecil dibandingkan dengan iluminasi bulan saat terbenam matahari setelah tengah hari.

Sementara itu, jika purnama astronomis terjadi sebelum tengah hari, maka iluminasi bulan akan maksimum saat terbit matahari sebelum tengah hari, sedangkan iluminasi bulan saat terbenam matahari setelah tengah hari lebih kecil dibandingkan dengan iluminasi bulan saat terbit matahari sebelum tengah hari.

"Sederhananya, jika purnama astronomis terjadi berdekatan dengan terbit ataupun terbenam matahari, maka iluminasi bulan akan maksimum sesuai dengan waktu yang berdekatan tersebut, baik ketika terbit maupun terbenam matahari," ujarnya.

(ayp)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER