LAPAN Ungkap Faktor Purnama Tak Selalu Tepat 15 Hijriah

mts | CNN Indonesia
Kamis, 07 Okt 2021 10:30 WIB
LAPAN menyatakan bulan purnama astronomis tidak selalu jatuh di tanggal 15 dalam penanggalan Hijriah.
LAPAN menyatakan bulan purnama astronomis tidak selalu jatuh di tanggal 15 dalam penanggalan Hijriah. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pusat Riset Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Pussainsa-LAPAN) menyatakan bulan purnama astronomis tidak selalu jatuh di tanggal 15 dalam penanggalan Hijriah.

Peneliti Pussainsa-LAPAN, Andi Pangerang, mengatakan puncak bulan purnama dapat terjadi antara tanggal 14 hingga 16 dalam penanggalan hijriah.

Penanggalan Hijriah adalah penanggalan yang digunakan oleh umat Islam di mana sistemnya didasarkan pada peredaran Bulan mengelilingi bumi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fenomena yang digunakan untuk menandai tanggal 1 setiap bulan adalah ketika bulan sabit muda yang sangat tipis terlihat, lazim disebut hilal, beberapa saat setelah matahari terbenam. Pergantian hari dalam penanggalan Hijriah dimulai sejak matahari terbenam.

"Jatuhnya purnama astronomis tidak selalu jatuh pada tanggal 15 dalam penanggalan Hijriah, melainkan dapat terjadi pula pada tanggal 14 maupun tanggal 16 penanggalan Hijriah," ucap Andi seperti dikutip dari situs resmi LAPAN.

"Sehingga, puncak Bulan Purnama dapat terjadi antara tanggal 14-16 dalam penanggalan Hijriah bergantung dari jatuhnya tanggal 1 penanggalan Hijriah maupun jatuhnya purnama astronomis," imbuhnya.

Dia melanjutkan, hilal biasanya muncul beberapa jam setelah fase bulan baru astronomis, di mana bulan baru itu ditandai oleh nilai bujur ekliptika matahari maupun bulan yang bernilai sama.

Dengan kata lain, selisih bujur ekliptika antara matahari dan bulan bernilai nol derajat. Bujur ekliptika adalah sudut ditempuh benda langit di sepanjang ekliptika atau bidang edar yang diukur dari titik pertama Aries atau perpotongan antara ekliptika dengan ekuator langit atau perpanjangan ekuator Bumi yang memotong bola langit.

Selang waktu dari bulan baru ke bulan baru berikutnya berkisar antara 29 hari 5,5 jam hingga 29 hari 20 jam.

Andi menyatakan, hal Inilah yang membuat terkadang umur bulan dalam penanggalan Hijriah terkadang 29 hari, 30 hari

"Kemunculan hilal berkisar antara 5 hingga 25 jam setelah fase bulan baru astronomis. Sedangkan, selang waktu dari bulan baru astronomis hingga purnama astronomis berkisar antara 13 hari 21,6 jam hingga 15 hari 14,7 jam antara tahun 1000 Hijriah hingga 2000 Hijriah. Purnama astronomis ditandai oleh selisih antara bujur ekliptika matahari dan bulan sebesar 180 derajat," ucap dia.

"Oleh karenanya, purnama juga disebut sebagai oposisi atau istiqbal yang berarti membelakangi atau berlawanan, karena selisih maksimum bujur ekliptika matahari dan bulan sebesar 180 derajat yang juga merupakan purnama astronomis, maka purnama astronomis dapat disebut juga sebagai puncak purnama," sambungnya.

Berlanjut ke halaman berikutnya >>>

LAPAN Ungkap Faktor Purnama Tak Selalu Tepat 15 Hijriah

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER