MEET THE GEEK

Aeshnina Vs Plastik, dan Mimpi Gantikan Menteri LHK

CNN Indonesia
Jumat, 03 Des 2021 11:05 WIB
Aeshnina Azzahra aktif dalam perjuangan menyelamatkan lingkungan, utamanya tentang bahaya limbah plastik.
Aeshnina Azzahra aktif dalam perjuangan menyelamatkan lingkungan, utamanya tentang bahaya limbah plastik. (Foto: Tangkapan Layar Instagram/@aeshnina)

Mendaur ulang plastik menghasilkan banyak limbah, menghasilkan banyak karbon dan membutuhkan banyak uang yang digelontorkan.

Maka dari itu banyak negara yang membuang limbah plastik ke negara-negara berkembang yang tak tahu bagaimana pengolahannya.

"Padahal mereka tahu sendiri kita aja punya masalah yang banyak dari sampah plastik malah ditambahin sama mereka," tandasnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantaran nasi sudah menjadi bubur, sampah yang dikirim akhirnya limbah sampah plastik ya g dikirim bersama bahan baku kertas itu dibuang di sekitar pabrik kertas. Akhirnya dipilah oleh beberapa warga di desa Bangun, Mojokerto, Jawa Timur.

Ia mengatakan karena sebagian besar warganya bekerja jadi petani, sembari menunggu panen mereka kerja jadi pemilah sampah yang bisa didaur ulang, dan dijual ke pabrik daur ulang plastik.

Dia menjelaskan untuk mengirimnya harus dipotong kecil-kecil dan harus dicuci dulu. Namun mencucinya pakai air sungai dan airnya dibuang ke sungai, hingga air berbusa dan ikan di aliran sungai sampai mati hingga air berwarna hitam.

Lalu sampah yang tidak bisa didaur ulang bisa dijual ke pabrik tahu atau pabrik kerupuk untuk dijadikan bahan bakar. Hal itu lantaran dapat menggantikan bahan bakar kayu untuk produksi tahu dan kerupuk.

Meskipun banyak yang diuntungkan dari limbah plastik, Nina bersikukuh bahwa plastik tak banyak menimbulkan kebaikan. Menurutnya plastik terbuat dari bahan berbahaya. 

Aeshnina Azzahra AqilaniAeshnina Azzahra Aqilani (Foto: Arsip Pribadi)

Apabila dibakar, kandungan berbahaya akan lepas ke udara yang bisa menyebabkan gas rumah kaca dan menyebabkan perubahan iklim.

Namun usai Nina melakukan banyak kampanye di wilayah tersebut, perlahan pemerintah memiliki regulasi dalam limbah plastik.

"Setelah kami melakukan kampanye-kampanye ini alhamdulillah pemerintah Indonesia punya regulasi jadi punya cuman 2 persen batas kontaminasi dalam sampah kertas," kata Nina.

Ia pernah menyusuri sungai sampe 5 hari, menghitung tumpukan sampah di bantaran sungainya terus saya laporkan ke ibu Risma dulu walikota Surabaya, saya meminta bu risma untuk membersihkan bantaran sungainya dan juga mengimbau masyarakat Surabaya, tapi ya pemerintah ngomongnya 'kami sudah berusaha' gitu terus. 

Meski sudah menyurati beberapa pemimpin negara untuk menyuarakan lingkungan bersih dari sampah plastik, namun ia mengaku belum mau mengirimi surat ke Joko Widodo. 

"Tunggu pak Jokowi lagi enggak sibuk," kelakarnya saat ditanya kapan akan mengirim surat ke presiden

Namun begitu ia mengatakan ada keinginan untuk mengirimi surat kepada Joko Widodo. Nantinya Nina akan menulis surat yang isinya memberitahu pemerintah Indonesia karena banyak pemimpin-pemimpin negara yang menyalahkan Indonesia lantaran menerima limbah tersebut.

"Nah itu saya mau ajukan ke pak Jokowi," pungkasnya.

Saat ini Nina berkeinginan untuk mendorong pemerintah membuat regulasi, yang isinya melarang penggunaan plastik sekali pakai dan juga menyediakan tempat pengolahan sampah di seluruh desa.

Lebih lanjut ia juga menyoroti beberapa produsen yang kerap menggenjot produksi produk yang menggunakan kemasan sekali pakai, namun tak bertanggungjawab atas apa yang dibuatnya.

Menurutnya para produsen harus bertanggungjawab untuk menyelesaikan limbah plastik yang diproduksinya. Ia menyebut, limbah plastik juga menghasilkan mikroplastik yang membahayakan manusia.

Mikroplastik dijelaskan Nina merupakan pecahan dari plastik yang ukurannya kurang dari 5mm, yang berukuran seperti  plankton. Sehingga hanya bisa dilihat menggunakan mikroskop.

Ia mengatakan kandungan mikroplastik  ada di mana mana. Di udara yang dihirup di botol minuman kemasan, di makanan, di nasi hingga di feses.

Menurut Nina, bahaya dari mikroplastik jika sudah ada di lingkungan akan menyerap polutan-polutan, dan nanti mikroplastik akan bisa dihirup dan dimakan ikan. Kandungan pada daging ikan itu kalau banyak mikroplastik akan masuk ke tubuh manusia. Hal itu bisa menyebabkan peradangan, gangguan syaraf bahkan menyebabkan menstruasi dini. 

Untuk memerangi sampah mikroplastik ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Di antaranya yakni dengan gaya hidup minim sampah, yakni dengan mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai.

Nina menjelaskan kemasan sekali pakai seperti botol, sedotan, Styrofoam dan kantung plastik bisa diganti dengan benda alternatif lain yang sudah banyak tersedia.

Lebih lanjut ia menceritakan kegiatannya saat menghadiri COP 26 di Glassgow, Skotlandia. Ia diundang untuk pemutaran film yang diperankan olehnya beserta ketiga anak perempuan lain.

Setelah pemutaran selesai, ia mengaku banyak mendapat impresi baik dari beberapa aktivis, masyarakat dan jurnalis yang meliput.

Di acara tersebut ia sengaja membuat karya seni yang terbuat dari berbagai limbah plastik impor dan dipajang saat COP 26. Nina mengatakan ia menambahkan secarik kardus yang ditulis 'Stop export trash to Indonesia,"

Apa cita-cita Aeshnina? Simak di halaman berikutnya..

Menjalin Pertemanan Aktivisme Dunia

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER