Saat menghidupkan kembali Eijkman yang sempat mati suri sejak era 1960an, cita-cita Bachruddin Jusuf Habibie tahun 1992 adalah menciptakan laboratorium riset kesehatan kelas dunia.
Menristek era Orde Baru yang kemudian menggantikan Suharto sebagai presiden ini punya mimpi besar menjadikan Jakarta sebagai hub untuk riset kesehatan berbasis biologi molekuler.
Awal '90an ditandai dengan munculnya berbagai industri bioteknologi di seluruh dunia, termasuk dengan dibukanya Institute for Molecular Cell and Biology (IMCB) di Singapura yang diresmikan tahun 1987. Pemerintah Singapura menargetkan IMCB sebagai sentra pengembangan dan dukungan untuk kapasitas R&D bidang biomedis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah Pak Habibie bercita-cita Indonesia punya lab dengan kualitas begitu. Pokoknya kita harus jadi pesaingnya, karena menyadari bahwa ke depan bioteknologi akan sangat penting," kata Herawati Supolo-Sudoyo.
Hera saat itu tengah menempuh studi doktoral di Universitas Monash Australia di bawah bimbingan seorang profesor kelahiran Medan, yang juga kepala Lab Biomolekuler di Monash, Sangkot Marzuki.
Seperti Suharto membujuknya agar pulang kampung dari Jerman, Habibie kemudian membujuk Sangkot yang sudah 17 tahun berkarier di Monash, agar mau pulang dan memimpin laboratorium biomolekuler di Jakarta.
Habibie memutuskan tetap menggunakan nama Eijkman sebagai branding untuk laboratorium baru yang akan dipimpin Sangkot. Nama itu dianggap bersejarah dan bernilai karena Hadiah Nobel Christiaan Eijkman tahun 1928 diperoleh saat meneliti di Batavia.
Habibie juga yang meminta pada Menteri Kesehatan saat itu agar Gedung Eijkman yang berada di bawah naungan RSCM dipinjamkan untuk kegiatan laboratorium ini.
Pendeknya, Habibie memberi dukungan all in.
"Laboratorium Eijkman saja alatnya lebih lengkap dan lebih canggih dari yang dimiliki Monash waktu itu," kata Hera dengan senyum bangga.
Peralihan kekuasaan akibat benturan hebat Krisis Moneter 1997-1998 kemudian memaksa Eijkman mengerem berbagai proyek yang sedang berjalan. IMCB sempat menawarkan 'menyelamatkan' para peneliti Eijkman bedol desa ke Singapura. Tawaran ini dianggap sebagai bentuk pengakuan atas kualitas para peneliti Eijkman meski kemudian tak diterima.
Pengakuan terhadap Eijkman makin kukuh hampir 25 tahun sesudahnya. Di laman resmi Eijkman.go.id terdapat 45 nama lembaga internasional dan 25 nama lembaga lokal yang menjadi mitra proyek penelitian Eijkman.
"Eijkman memang world class," komentar pendek Ahmad Rusjdan Utomo, ahli biologi molekuler dan pengajar biomedik di Universitas Yarsi.
Keunggulan Eijkman di arena lab biomolekuler di Indonesia menurut Ahmad adalah karena mapannya kultur penelitian yang ideal.
"Mereka sudah punya pohon penelitian dimana para penelitinya istiqomah dengan pohon tersebut, seperti 'pohon penelitian' malaria, demam berdarah, genetik antropologi/evolusi, hepatitis dll," puji Ahmad.
Rekrutmen Sangkot oleh Habibie, menurut Ahmad adalah kunci kualitas lab Eijkman. Ketika Sangkot membawa serta tim sekaligus kultur penelitian dari Monash, standar kualitas penelitiannya kemudian ditumbuhkembangkan di Indonesia. Akibatnya mitra peneliti dan funding agency yang kenal Prof Sangkot mempercayai reputasinya.
Ahmad menyayangkan reputasi dan kinerja Eijkman ini harus diganggu dalam proses integrasi dengan BRIN karena alasan sistem kepegawaian.
"Harusnya BRIN fokus mempertahankan dan meningkatkan kinerja tim peneliti yang existing jangan diutak-atik gara-gara kepegawaian," kata Ahmad.
Utak-atik lembaga ini juga membuat mitra riset Eijkman kalang-kabut. Kepada CNN Indonesia, salah satu mitra penelitian Eijkman mengatakan memilih mengalihkan kerja sama risetnya pada salah satu universitas negeri di Indonesia.
Riset pada lembaga pendidikan tinggi (Dikti) dianggap lebih aman dari campur tangan agenda BRIN/pemerintah karena berada di bawah naungan Kemendikbud.
Senada dengan Ahmad, ALMI mencatat peleburan Eijkman berpotensi menghapus infrastruktur kelembagaan LBM Eijkman yang telah membangun dan menerapkan salah satu kultur akademik terbaik di Indonesia.
Sampai saat ini belum jelas bagaimana PRBM Eijkman akan bekerja setelah integrasi.
BRIN menyediakan Gedung Genomik di Cibinong Science Center Jawa Barat sebagai lokasi baru Lab PRBM Eijkman. Lab tersebut diklaim memiliki kesamaan alat dan fasilitas untuk riset kesehatan dan manusia seperti yang dilakukan Eijkman selama ini.
(dsf/sur)