WAWANCARA KHUSUS

Pendiri Eijkman Sangkot Marzuki: Dilebur ke BRIN, Eijkman Bubar

dsf | CNN Indonesia
Selasa, 11 Jan 2022 11:39 WIB
Profesor Sangkot Marzuki adalah Direktur pertama Eijkman. Ia orang yang dipercaya BJ Habibie membangun Eijkman seorang diri, lembaga yang kini dilebur di BRIN.
Direktur Eijkman Pertama, Sangkot Marzuki. (Tangkapan layar web eijkman.go.id)
Jakarta, CNN Indonesia --

Lembaga Eijkman barangkali adalah prasasti terbesar yang ditorehkan Sangkot Marzuki, seorang ilmuwan biologi molekuler pada dunia ilmiah Indonesia. Pada 15 Agustus 2009, Sangkot Marzuki dianugerahi Bintang Mahaputra Utama RI atas jasanya membangun Eijkman dan menjadikannya laboratorium dengan reputasi dunia.

Tahun 2014 Sangkot meninggalkan posisi orang nomor satu di Eijkman. Eijkman saat ini tengah disorot karena statusnya di bawah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Sudah menjadi lab berkelas dunia, Eijkman dikhawatirkan bakal melempem dengan statusnya sekarang.

Kepada Dewi Safitri dari CNN Indonesia melalui koneksi Zoom, dari Sydney Australia, Sangkot menyampaikan keresahan terkait tata cara pemerintah/BRIN mengelola peleburan Eijkman dan proyeksinya tentang kehilangan angkatan peneliti potensial karena kehilangan Eijkman.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana reaksi Anda melihat keributan soal peleburan Eijkman?

Sebenarnya soal isu Eijkman akan dilebur dalam BRIN sudah berapa bulan kita tahu, sejak awal tahun 2021. Tapi prosesnya baru akhir 2021 keluar putusan bahwa mulai 1 Januari Lembaga Eijkman sudah tidak ada lagi dan pindah ke Cibinong - nah itu mulai dari situ.

Pertama, saya tentu sedih melihat lembaga yang telah kami bangun bersama selama lebih seperempat abad modalnya hanya bangunan yang sudah ditutup 25 tahun sebelumnya dan nyaris dirobohkan waktu itu, stafnya tidak ada hanya saya seorang diri, mulai dari zero, dan kemudian jadi satu lembaga yang dikenal di dunia, boleh dikata dihormati di dunia - jadi sedih lah melihatnya. Lebih prihatin lagi melihat apa yang terjadi pada Lembaga Eijkman itu dampaknya terhadap perkembangan sains Indonesia ke depan. Karena Lembaga Eijkman kan selalu dilihat sejawat kawan-kawan yang bergerak dalam bidang bioteknologi sebagai model, contoh terbaik. Dan kalau Lembaga Eijkman yang menjadi contoh terbaik dibubarkan begitu saja maka bagaimana nanti akibatnya terhadap perkembangan sains di Indonesia secara keseluruhan.

Apakah ada yang menghubungi terutama dari pihak BRIN sebelum peleburan ini?

Enggak ada. Saya kan sudah sejak 2014 mundur dari posisi Direktur Lembaga Eijkman. Sejak saat itu Eijkman memang mulai masuk birokrasi - di bawah Kemenristek. Sebelumnya pada masa kepemimpinan saya Eijkman itu agak di luar, saya bertanggung jawab langsung pada Menristek. Ada dua entitas Lembaga Eijkman saat itu yang paralel: pertama proyek pengembangan Lembaga Eijkman yang menangani keuangan, pemerintah dan sebagainya, dan lembaganya sebagai lembaga. Pak Habibie mengerti perbedaannya. Dan memang SK pendiriannya sebagai Eijkman dan SK yang mengangkat saya sebagai direktur mengatakan saya bertanggung jawab langsung kepada menteri.

Ide melebur Eijkman di bawah BRIN sudah kami dengar sebelumnya. Di bawah Kepala BRIN/Menristek (waktu itu) Prof Bambang Brodjonegoro, pada waktu itu idenya Eijkman akan dipindahkan ke Cibinong. Waktu itu dipandang Gedung Eijkman yang sekarang ini ada dianggap terlalu kecil dan rencana mendirikan menara beberapa tingkat di tengahnya (di kawasan RSCM Jalan Diponegoro Jakarta) dianggap berbahaya untuk keamanan gedung sekitarnya.

Jadi ide Pak Bambang adalah Lembaga Eijkman akan dipindahkan sebagai entitas yang intact, ke Cibinong. Jadi masih oke lah akan dipindah sebagai sebuah lembaga. Akhirnya BRIN berubah bentuknya Kemenristek dibubarkan, nah yang sekarang ini peleburannya kan berbentuk pemindahan dengan mengambil komponen-komponen sumber daya manusianya, peralatannya, dipindahkan ke Cibinong. Jadi tidak intact lagi, grup-grup riset yang kita bangun selama 25 tahun itu, kalau itu terjadi akan bubar.

Bubar maksudnya tidak akan bisa menjalani aktivitas seperti grup riset sebelumnya?

Jelas. Karena yang boleh diterima masuk ke BRIN dan pindah ke Cibinong hanya mereka yang berstatus ASN. Sedangkan di Eijkman kita adalah kelompok penelitian: satu tim kerjasama ada leader-nya, ada postdoc-nya, kemudian research assistant - satu grup semuanya kerja sama. Tidak mungkin seorang peneliti yang statusnya ASN pindah ke Cibinong tapi tidak diikuti tenaga pendukungnya akan bisa kerja.

Ide awal pendirian Eijkman sebagai Lembaga berkualitas world class, apakah sudah dipikirkan status kelembagaannya sehingga bisa bertahan lama termasuk akibat persoalan-persoalan seperti sekarang. Kami dengar sebagian dari yang dipersoalkan sebagai alasan peleburan adalah akuntabilitas keuangan?

Keadaan terakhir, 5 sampai dengan 10 tahun terakhir beda sekali dengan situasi waktu saya baru mulai. Waktu itu Pak Habibie sangat prihatin dengan perkembangan sains di Indonesia. Waktu itu justru Pak Habibie melihat yang menghambat riset justru adalah birokrasi berlebihan. Beliau melihat birokrasi ini tidak cocok dengan kegiatan ilmiah di Indonesia. Proses yang diambil untuk memutuskan arah Eijkman waktu itu, itu 35 tahun lalu ya, adalah memotong birokrasi. Jadi seakan-akan beliau melakukan satu eksperimen dengan hipotesis bahwa yang menghambat riset adalah birokrasi. Metodenya adalah bagaimana hasilnya kalau birokrasi ini dikurangi sebanyak mungkin. Itu sebabnya Lembaga Eijkman ini bertanggung jawab langsung pada Menristek.

Dan hasilnya ternyata kita lihat cepat sekali, tahun 1995 dari zero people zero building, dalam 3 tahun sudah pantas Lembaga Eijkman dibuka oleh Presiden RI. Jadi hipotesisnya betul jalan. Nah kalau kita lihat ini sebagai eksperimen, pertanyaannya: apakah hasilnya itu reproduceable - bisa nggak itu diulangi pada Lembaga lain sebelum diterima sebagai jawaban atas sebuah hipotesis. Kalau lembaga lain didirikan dengan cara yang sama, bisa nggak hasilnya juga tumbuh lebih cepat?

Kalau ada klaim soal akuntabilitas tidak memadai, saya tidak setuju. Karena kita sebagai Lembaga melakukan hal yang sama tanggung jawab yang sama, kita diperiksa dan sebagainya enggak ada bedanya (dengan instansi lain). Dengan Eijkman berdiri sendiri atau masuk ke dalam BRIN, tidak ada bedanya (soal akuntabilitas ini). Karena pendanaan APBN (sebelumnya) kan dikelola oleh orang-orang di Kementerian Ristek, kita di Lembaga Eijkman tinggal menerima pengelolaannya.

Presiden ke-3 RI B.J. Habibie (kedua kanan) didampingi Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Sangkot Marzuki (kanan) menerima pengukuhan dirinya sebagai salah satu pendiri AIPI pada acara jamuan makan malam perayaan ulang tahun ke-25 AIPI di Kediaman B.J. Habibie di kawasan Kuningan, Jakarta, Minggu (24/5) malam. Dalam acara tersebut B.J. Habibie bersama mantan Mendiknas Almarhum Fuad Hassan dan mantan Ketua LIPI Almarhum Samaun Samadikun dikukuhkan sebagai pendiri AIPI. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/Spt/15.Sangkot Marzuki (kanan) saat menjadi Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) bersama Presiden ke-3 RI BJ Habibie. Habibie yang menginisiasi Eijkman dibentuk.(ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/Spt/15)

Jadi eksperimen Pak Habibie mengurangi birokrasi itu berdampak baik?

Ya jadi kalau dikatakan Lembaga Eijkman hanya satu proyek itu menihilkan apa yang kita kerjakan selama ini. Karena di mana-mana di dunia internasional itu Lembaga Eijkman diterima. Sebagai sebuah lembaga. Kita bekerja sama secara internasional sebagai Lembaga Eijkman betul-betul sebagai sebuah lembaga, lembaga yang dihormati. Bahwa statusnya itu kemudian yang dicari belum sampai selesai itu masalah lain, tapi sebagai lembaga tidak ada masalah sama sekali untuk bergerak - dan diterima baik di Indonesia maupun di kalangan internasional.

Peneliti Kecewa, 'Rumah' Eijkman Kini Tak Ada

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER