Jakarta, CNN Indonesia --
Sejak Presiden Rusia, Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus ke Ukraina pekan lalu, sederet senjata sudah dipersiapkan ke sebagian wilayah Ukraina untuk digunakan militer Rusia.
Ibu kota Kiev menjadi salah satu sasaran target sasaran militer Rusia. Ada beberapa senjata mematikan milik Rusia yang siap diluncurkan ke arah lawan-lawannya. Berikut daftarnya.
Hulu ledak nuklir
Saat ini jumlah hulu ledak nuklir milik Rusia masih menjadi rahasia negara, namun berdasarkan informasi tak resmi, Rusia memiliki 4.447 unit hulu ledak nuklir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Buletin Ilmuwan Atom, Rusia memiliki 4.447 hulu ledak nuklir, sebanyak 1.588 di antaranya dikerahkan pada rudal balistik dan di pangkalan pengebom berat.
Hulu ledak nuklir ini memiliki jangkauan luncur hingga 11.200 mil atau 18.024 kilometer. Jarak yang cukup untuk menjangkau beberapa negara Eropa maupun Amerika Serikat dari Moskow.
Pada senjata nuklir ini terdapat bahan peledak beracun yang diluncurkan menggunakan rudal, roket atau torpedo yang berisi fisi atau fusi. Sejarah senjata nuklir telah digunakan dalam pertempuran ketika AS mengebom Jepang pada Agustus 1945, di akhir Perang Dunia II.
Ketua Komite Pertahanan Umum Inggris Tobias Ellwood mengatakan dalam 'skenario terburuk', Putin dapat menggunakan senjata nuklir jika pasukannya gagal di Ukraina.
Rudal jelajah kalibr
Kalibr adalah rudal jelajah jarak jauh yang dikembangkan Rusia sebagai saingan Tomahawk buatan Amerika. Senjata ini memiliki jangkauan 2.400 kilometer, dengan berat mencapai 2,3 ton.
Rudal jelajah ini mengemas hulu ledak termonuklir atau eksplosif seberat 1.100 pon, Kalibr merupakan senjata pilihan Rusia untuk jarak jauh karena tepat sasaran.
Kalibr dikembangkan pada 1990 dan digunakan dalam pertempuran untuk pertama kalinya pada 2015. Senjata ini dapat diluncurkan lewat kapal laut, kapal selam, maupun pasukan darat.
Dikabarkan, sebuah gudang di Ukraina luluh lantak terkena rudal rudal Kalibr Rusia.
Rudal-rudal yang dimiliki Rusia baca ke halaman selanjutnya --->>>
Father of all bombs
Rusia juga memiliki bapak dari semua bom, yaitu termobarik. Bom jenis ini dapat menguapkan tubuh dan menghancurkan organ dalam manusia saat meledak.
Putin bisa menggunakan senjata termobarik berkekuatan tinggi saat warga Ukraina yang berani menolak upayanya untuk menguasai ibu kota Kyiv.
Senjata termobarik adalah bahan peledak bertenaga tinggi yang menggunakan atmosfer sebagai bagian dari ledakan. Mereka adalah salah satu senjata non-nuklir paling kuat yang pernah dikembangkan.
Termobarik dikembangkan oleh AS dan Uni Soviet pada 1960an. Pada September 2007, Rusia meledakkan senjata termobarik terbesar yang pernah dibuat, dan menghasilkan ledakan setara dengan 39,9 ton TNT.
Sebuah bom termobarik dijatuhkan oleh AS ke Taliban di Afghanistan pada 2017, memiliki berat 21.600 pon dan meninggalkan kawah selebar lebih dari 300 meter setelah meledak enam kaki di atas tanah.
Bom ini bekerja menghisap oksigen di sekitarnya untuk menghasilkan ledakan tinggi sangat menghancurkan.
Tos-1 Buratino
TOS-1 Buratino adalah sistem peluncur roket ganda yang menembakkan roket 'termobarik'. Ketika meledak, roket menghabiskan semua oksigen di zona ledakan, membunuh semua orang di area tersebut.
Korban mungkin tampak tidak memiliki luka luar yang terlihat tetapi akan mengalami kerusakan organ tubuh yang sangat parah. Tos-1 Buratino dikembangkan pada pertengahan 1980an dan roket terarah memiliki jangkauan dua mil.
Senjata ini dinilai sangat efektif melawan pasukan dalam kendaraan lapis baja ringan. Dampaknya, bisa menyebabkan kehancuran dalam area berdiameter 1.000 kaki.
Tsar Bomba
Tsar Bomba adalah bom nuklir terbesar yang pernah dibuat, dan dikembangkan pada puncak Perang Dingin untuk bersaing dengan perangkat termonuklir yang diproduksi oleh AS.
Pada 1954 AS meledakkan perangkat termonuklir terbesarnya yang dirancang untuk melampaui dahsyatnya ledakan bom atom. Termonuklir buatan AS dinamai Castle Bravo, meledak di Kepulauan Marshall dengan kekuatan 15 megaton.
Militer Soviet pada 1961 menyaingi dengan mengembangkan bom yang jauh lebih besar, memecahkan rekor perangkat nuklir terbesar yang pernah dibuat.
Ledakan nuklir terbesar pernah terjadi ketika Rusia meledakkan Tsar Bomba di atas Laut Barents pada Oktober 1961. Jika Tsar Bomba dijatuhkan di pusat kota London, bom itu akan menghancurkan kota dan menyebabkan luka bakar yang parah bagi manusia.
Ledakan itu juga cukup besar dan tercatat hasilkan getaran 5,0 skala Richter, ditangkap oleh pusat-pusat seismologi di seluruh dunia.
Dua tahun kemudian, AS, Inggris, dan Uni Soviet menandatangani Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir, yang melarang uji coba nuklir di atmosfer, luar angkasa, dan di bawah air, dan membatasinya di bawah tanah.
Menurut laporan National World pada 2015, Rusia mengembangkan torpedo nuklir hingga 100 megaton, dua kali dari kekuatan Tsar Bomba.
Senjata itu belum dikonfirmasi resmi oleh Rusia, tetapi pada pidato kenegaraan 2018, Putin mengklaim sekarang memiliki beberapa senjata nuklir kelas baru.
Tank 2S7 Pion
Pejabat intelijen mengatakan kepada The Independent, Rusia menggunakan tank jenis 27M Malka 203mm self-propelled howitzer yang merupakan sistem artileri konvensional paling kuat di dunia.
27M Malka 203MM Heavy Self Propelled Howitzer dikenal sebagai 2S7 Pion, sistem artileri membawa empat proyektil untuk digunakan segera dan mampu menembakkan amunisi nuklir.
Satu tembakan dari senjata 203mm tank tersebut dilaporkan dapat menghancurkan sebuah bangunan yang digunakan sebagai benteng pertahanan, menurut laporan Army Recognition.