Ironi Islandia, Muka Air Laut Turun saat Dunia Kompak Alami Kenaikan

CNN Indonesia
Kamis, 21 Apr 2022 06:05 WIB
Di saat berbagai negara mengalami kenaikan muka air laut akibat pemanasan global, Islandia sebaliknya; tinggi permukaan air semakin menurun.
Tanggul Jakarta, Muara Baru. Kenaikan air muka laut terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. (Foto: CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)

Dikutip dari CNN, Höfn terletak tak jauh dari tudung atau bongkahan es terbesar di Islandia, Vatnajökull. Selama berabad-abad, gunung es Vatnajökull membebani tanah di bawahnya.

Sementara, pemanasan global menyebabkan lapisan es dan gletser ini mencair dengan cepat, lebih cepat dalam 200 tahun terakhir. Saat es tersebut menghilang, daratan mulai naik yang naik membuat permukaan laut lebih rendah dari sebelumnya.

Selain itu, gletser memiliki gaya gravitasi yang membuatnya menarik air laut ke arahnya. Saat gletser mencair, air menjauhi wilayah tersebut dan mengalir sisi lain dari Bumi.

Alhasil, melalui pengukuran dengan memakai GPS, tanah di Höfn naik 1,7 sentimeter per tahun. Semakin dekat daratan dengan gletser yang mencair, semakin cepat kenaikannya. Di wilayah utara, kenaikan tanah bahkan mencapai 3,8 sentimeter per tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), wilayah Arktik (samudera di dekat kutub utara) mengalami peningkatan suhu yang sangat signifikan dalam beberapa tahun terakhir yang berdampak pada hilangnya 10 miliar ton es di Islandia setiap tahun.

Dengan tingkat pencairan semacam ini, Islandia diprediksi kehilangan seluruh esnya pada 2200.

Selain bongkahan es Islandia, pencairan gletser dan lapisan es di Greenland juga menyebabkan permukaan laut naik di sebagian besar wilayah dunia. Namun, kenaikan ini tidak merata.

Greenland dan wilayah di sekitarnya, yang merupakan tempat pencairan gletser paling sering terjadi, sebenarnya mengalami penurunan permukaan laut.

Segala sesuatu yang memiliki massa memiliki gravitasinya sendiri. Semakin besar massanya, semakin besar gravitasi yang dimilikinya.

"Lapisan es sangat berat sehingga menarik laut ke arahnya, karena gravitasi. Tetapi jika lapisan es mencair, daya tarik ini mulai melemah dan air bergerak menjauh," kata Thomas Frederikse, seorang mahasiswa postdoctoral di NASA Jet Propulsion Laboratory.

"Semakin jauh Anda dari lapisan es, semakin banyak air yang Anda dapatkan," tambahnya.

Jika semua gletser di Islandia mencair, hal tersebut akan meningkatkan permukaan laut rata-rata global sebesar 1 sentimeter.

Sedangkan jika es di Greenland mencair, itu akan menambah 7,5 meter ke angka kenaikan permukaan laut global; jika es di Antartika mencair, itu dapat menaikkan permukaan laut hampir 60 meter.

Pemanasan global ini sendiri terkait dengan efek gas rumah kaca akibat penggunaan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam untuk sumber energi. Hal ini memicu kenaikan suhu, termasuk di laut.

Ketika air menjadi lebih hangat, molekulnya bergerak lebih cepat dan menyebar lebih banyak, sehingga meningkatkan volumenya. Para ilmuwan memperkirakan bahwa sekitar sepertiga kenaikan permukaan laut global dapat dikaitkan dengan pola ini.

Bukti ilmiah terbaru menunjukkan bahwa meski dunia berhenti memakai bahan bakar fosil hari ini, kenaikan permukaan laut masih terjadi hingga 2050. Namun, emisi di masa depan akan memiliki konsekuensi besar setelah itu.

Jika dunia memanas 3 hingga 4 derajat Celcius di atas level sebelum era industrialisasi, para ilmuwan memperingatkan bahwa rata-rata kenaikan permukaan laut global dapat mencapai 70 sentimeter pada akhir abad, mengancam kelangsungan hidup manusia di beberapa tempat. Kini, kenaikan suhu sudah mencapai 1.2 derajat C.

(lom/arh)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER