Pertanyaan selanjutnya adalah apakah mungkin perjalanan lintas multiverse itu mungkin? Sejauh ini para ilmuwan tidak berpikir perjalanan lintas semesta itu mungkin. Mencari bukti keberadaannnya pun masih belum bisa.
"Kecuali fisika yang kita tahu punya landasan kokoh itu salah, Anda tidak dapat melakukan perjalanan ke multiverse ini," kata Tom Siegfried.
"Tapi siapa yang tahu seribu tahun dari sekarang, saya tidak mengatakan seseorang tidak dapat menemukan sesuatu yang tidak akan pernah Anda bayangkan."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para ilmuwan memang berdebat tentang apakah multisemesta merupakan teori yang dapat diuji secara empiris; beberapa akan mengatakan tidak, mengingat definisi multiverse itu sendiri tidak tergantung pada alam semesta kita dan tidak mungkin untuk diakses.
Alhasil, saintis pun mengakui keberadaan multiverse itu tidak dapat diamati secara langsung. Sejauh ini, bukti yang mendukung gagasan multisemesta hanyalah murni teori dan, dalam beberapa kasus, filosofi.
"Alam semesta tidak dibatasi oleh apa yang dapat diketahui, atau diuji oleh beberapa gumpalan protoplasma di sebuah planet kecil," kata Siegfried.
"Kita dapat mengatakan, [multiverse] ini tidak dapat diuji, karenanya itu tidak nyata. Namun ini hanya karena kita tidak tahu cara mengujinya. Dan mungkin suatu hari nanti kita akan menemukan cara untuk mengujinya, mungkin juga tidak. Tetapi alam semesta dapat melakukan apa pun yang diinginkannya."
Lihat Juga : |
Berbeda dengan koleganya, Brian Greene, fisikawan teori di Columbia University, New York, tetap beranggapan ada peluang mendeteksi jejak multiverse dengan mendasarkan pada teori dawai.
"Jika alam semesta adalah sepotong roti, semua yang kita ketahui terjadi dalam satu irisan," kata dia.
Menurutnya, puing-puing dari tabrakan yang bermigrasi dari irisan kita ke kosmos yang lebih luas mungkin meninggalkan jejak energi yang hilang.
Greene pun memperkirakan itu bisa dideteksi oleh akselerator partikel yang kuat seperti Large Hadron Collider di CERN, Prancis.
Jika memakai teori gelembung kosmik, Green menyebut alam semesta yang diketahui mungkin bertabrakan dengan alam semesta lain yang juga mengalami pengembangan. Hal ini, katanya, mungkin meninggalkan jejak pada latar belakang gelombang mikro kosmik, tanda radiasi yang tersisa dari Big Bang.
![]() |
Namun demikian, pencarian jejak itu belum membuahkan hasil hingga kini. Sehingga, multiverse tetap bersifat hipotetis.
Sementara itu, pencarian bukti multiverse juga dilakukan lewat lubang hitam khusus. Hal itu terkait dengan hipotesis bahwa pemisahan alam semesta kita dengan semesta lain di masa pengembangan itu bakal meninggalkan "gelembung" berupa lubang hitam unik ini yang mungkin masih ada sampai sekarang.
"Pendeteksian potensial lubang hitam ini kemudian dapat menunjukkan keberadaan multiverse," kata Deng.
Hingga kini, lubang hitam jenis itu belum juga bisa teramati.
Walhasil, Greene menekankan bahwa semua gagasan soal multiverse itu masih sangat spekulatif. "Ada alasan untuk menganggap serius gagasan itu, tetapi hal-hal tersebut jauh dari fakta sains," aku dia.
(can/arh)