Ratusan tank Rusia yang hancur selama invasi ke Ukraina sejak akhir Februari disebut terkait cacat desain yang bisa memicu kematian lebih cepat para kru.
Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace, misalnya, menyebut ada sekitar 580 tank Rusia yang telah hancur.
Mengutip CNN, para ahli menyebut tank-tank Rusia punya masalah teknis. Tidak seperti tank modern, tank-tank Rusia menyimpan amunisinya di bagian kubah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibatnya, satu serangan dari pihak musuh dapat membuat tank tersebut hancur. Pasalnya, serangan itu bisa memicu ledakan di amunisi yang disimpan dalam kubah tank Rusia.
Ledakan yang bisa ditimbulkan pun tidak main-main lantaran cukup untuk merobohkan bangunan dua lantai.
"Apa yang kita sedang saksikan adalah cacat dalam desain tank Rusia," kata Sam Bendett yang merupakan Penasihat Program Studi Rusia di lembaga Center for Naval Analyses (CNA).
"Sekali serangan yang sukses bisa dengan cepat memicu amunisi mereka yang bisa menyebabkan ledakan luar biasa. Kemudian, kubah tank bisa benar-benar hancur," imbuh dia, yang juga merupakan peneliti senior di Center for a New American Security.
Pakar pertahanan Nicholas Drummond, yang merupakan mantan pejabat militer Inggris mengatakan ledakan dalam kubah tank Rusia ini juga bisa langsung menewaskan para kru di dalambnya. Itu dikarenakan kompartemen para kru menjadi satu dengan kubah penyimpanan amunisi.
"Kalau Anda tidak keluar secepatnya, Anda bisa terpanggang," cetus Drummond.
Para ahli militer di Barat sejatinya sudah mengetahui kecacatan tersebut. Penyebabnya, desain tank Rusia tidak berubah banyak sejak Perang Teluk pada 1991 dan Perang Irak pada 2003.
Ketika itu, para tentara Irak menggunakan tank buatan Rusia berjenis T-72. Desain tank tersebut kurang lebih mirip dengan yang digunakan di Ukraina yang berjenis T-80.
"Ahli militer Barat semua belajar dari Perang Teluk dan melihat tank-tank hancur saat itu, bahwa Anda harus memisahkan amunisi di dalamnya," kata Drummond.
Drummond kemudian menjelaskan beda desain tank Rusia dengan kendaraan Stryker milik Amerika Serikat (AS). Menurutnya, kompartemen tentara pada Stryker tidak menjadi satu dengan kubah tempat menyimpan amunisi.
"Kubahnya ada di atas dan tidak terdapat kompartemen kru. Itu benar-benar ada di atas dan semua amunisi ada di sana," kata Drummond.
"Jadi, ketika kubah itu terkena serangan dan meledak, para tentara di dalam tank tetap aman," katanya.
(nto/arh)