Pada akhir April lalu, Musk melontarkan rencananya mengubah Twitter yaitu memproteksi pesan langsung atau direct messages (DM) dengan enkripsi pesan. Musk mengungkapkan DM Twitter seharusnya memiliki end to end encryption, sehingga pesan aman dari peretasan (hack) atau pantauan pihak luar.
Sistem enkripsi ini akan menjamin pesan yang dikirim dari kedua belah pihak tidak bisa diintip pihak lain. Pengirim pesan pun tidak perlu khawatir pesannya bakal 'nyasar' dan privasi terlindungi.
Hal yang menjadi banyak sorotan bagi publik salah satunya adalah kebebasan berpendapat di Twitter, jika Musk menggawangi Twitter. Ia mengaku mendukung kebebasan berpendapat yang sejalan dengan hukum, namun menentang sensor yang berlebihan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pernyataannya saat mengumumkan kesepakatan pembelian Twitter, Musk kembali menggaungkan prinsip tersebut dan mengaitkannya dengan demokrasi.
Sejumlah pihak, termasuk bagian dari Gedung Putih dan Partai Demokrat, pun risau itu terkait dengan peluang perubahan kebijakan Twitter yang melarang dan menangguhkan sejumlah akun provokatif dan disinformatif, termasuk mantan Presiden AS Donald Trump.
Musk mengaku ingin mempromosikan kebebasan berpendapat di dunia maya. Menurutnya, platform media sosial adalah tempat penting untuk berbagi pandangan. Elon Musk juga mengaku akan mencabut larangan Twitter terhadap mantan presiden AS Donald Trump jika akuisisi platform sosial media global itu berhasil.
Kendati demikian, ia mengingatkan bahwa ia belum memiliki Twitter. Artinya, pencabutan larangan itu belum tentu terjadi.
(can/mik)