Jakarta, CNN Indonesia --
CEO Meta Mark Zuckeberg memperkenalkan prototipe kacamata yang jadi bagian dari perangkat virtual reality (VR) untuk metaverse.
Metaverse merupakan konsep di mana orang-orang bisa melakukan kegiatan seperti yang biasa dilakukan di dunia nyata secara virtual dalam bentuk avatar 3D. Misalnya, bekerja, berbelanja, bermain game, berinteraksi.
Kacamata VR yang ada saat ini memiliki resolusi rendah dengan distorsi pada tampilan sehingga tidak dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Senin (20/6), CEO Meta Mark Zuckerberg mendemonstrasikan kemajuan yang telah dibuat perusahaan media sosial itu sambil menunjukkan sejumlah prototipe headset yang belum selesai yang telah dibuat perusahaan di laboratoriumnya.
"Tidak akan lama lagi, kami akan membuat ini menjadi sempurna. Alih-alih hanya melihatnya di layar, Anda bisa merasakan seperti berada di sana," kata Zuckeberg dikutip dari CNBC.
Demi penelitian dan pengembangan kacamata VR dan Augmented Reality (AR) tersebut, Meta disebut menghabiskan biaya US$10 miliar atau sekitar Rp148 triliun pada tahun ini.
"Prototipe ini adalah model khusus dan dipesan lebih dulu dibanding yang sedang kami buat di lab. Jadi itu bukan produk yang siap kirim," ucap Zuckeberg.
Dikutip dari CNBC dan The Verge, ada lima prototipe VR yang dipamerkan Zuckeberg untuk bisa menikmati dunia virtual di Metaverse buatannya. Prototipe VR yang sedang dibuatnya itu akan menjalani uji lebih dulu untuk melihat apakah mesin komputer itu bisa berpikir laiknya manusia atau tidak.
VR harus bisa membuat orang yang memakainya merasa apa yang dilihatnya di Metaverse adalah sesuatu yang nyata. Untuk itu, ada empat tantangan yang harus diselesaikan di prototipe-protipe VR tersebut.
Rincian lima prototipe VR di halaman berikutnya...
[Gambas:Video CNN]
Sejauh ini, ada lima prototipe Virtual Reality yang dibuat Zuckeberg khusus untuk Metaverse. Rinciannya sebagai berikut:
1. Butterscotch
Butterscotch dirancang untuk menguji tampilan beresolusi lebih tinggi yang memiliki piksel cukup kecil sehingga mata manusia tidak dapat membedakannya. Butterscotch memiliki lensa baru yang dikembangkan Meta yang membatasi bidang pandang yang memungkinkan untuk menampilkan realisme yang lebih baik.
2. Half Dome 3
Meta telah mengerjakan headset Half Dome setidaknya sejak 2017 untuk menguji jenis tampilan yang dapat menggeser seberapa jauh titik fokus optik. Dengan teknologi Half Dome, Meta mengatakan, resolusi dan kualitas gambar dapat ditingkatkan untuk membuat pengguna melihat benda yang sangat dekat atau jauh menggunakan fokus.
3. Holocake 2
Meta mengatakan ini adalah headset VR tertipis dan teringan yang dibuat perusahaan dan sepenuhnya mampu menjalankan perangkat lunak VR apa pun jika terhubung ke PC.
Namun, ini membutuhkan laser khusus yang terlalu mahal untuk digunakan konsumen dan memerlukan tindakan pencegahan keamanan tambahan dalam penggunaannya.
"Di sebagian besar headset VR, lensanya cukup tebal dan harus diposisikan beberapa inci dari layar sehingga dapat memfokuskan dan mengarahkan cahaya langsung ke mata Anda dengan benar," kata Zuckerberg.
Di Holocake 2, Meta menggunakan lensa holografik datar untuk mengurangi bulk dalam penambahan laser.
[Gambas:Photo CNN]
4. Starburst
Starburst adalah prototipe penelitian yang berfokus pada tampilan rentang dinamis tinggi (HDR) yang lebih cerah dan menunjukkan rentang warna yang lebih luas. Meta mengatakan HDR adalah teknologi tunggal yang paling berkaitan dengan realisme di kehidupan nyata.
"Tujuan dari semua pekerjaan ini adalah untuk mengidentifikasi jalur teknis mana yang akan memungkinkan kami untuk meningkatkan cara mulai mendekati realisme visual yang kami butuhkan," kata Zuckerberg.
5. Mirror Lake
Perusahaan juga memamerkan desain konsep yang disebut Mirror Lake untuk headset bergaya ski-goggle. Mirror Lake dirancang untuk menggabungkan semua teknologi headset Meta yang berbeda dan sedang dikembangkan menjadi satu layar generasi berikutnya.
"Konsep Mirror Lake menjanjikan, tetapi saat ini hanya sebuah konsep tanpa headset yang berfungsi penuh untuk membuktikan arsitekturnya secara meyakinkan," kata kepala ilmuwan Meta Reality Labs Michael Abrash.
"Tetapi jika berhasil, itu akan menjadi pengubah permainan untuk pengalaman visual VR," tandas dia.