Usai putusan terbaru, pada dasarnya MA menyerahkan keputusan soal mengurangi energi kotor kepada kongres tiap negara bagian di AS.
Meski demikian, EPA masih dapat mengambil beberapa tindakan untuk mengurangi polusi gas rumah kaca-bahkan jika tindakan tersebut tidak seambisius yang dimaksud pemerintah Obama.
"EPA benar-benar mengantisipasi keputusan ini, dan kemungkinan sudah memikirkan apa yang masih dapat dilakukan untuk membatasi polusi iklim," kata Ethan Shenkman, mitra dalam Kelompok Praktik Lingkungan, dikutip The Verge.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sebuah peta jalan (roadmap) yang dikeluarkan pada April, EPA mengimbau penggunaan teknologi yang bisa menangkap karbon dari gas rumah kaca dari emisi cerobong asap.
EPA meminta agar teknologi tersebut dipasang di pembangkit listrik yang berbahan batu bara atau gas. Namun hal itu masih dikritik oleh aktivis lingkungan karena dinilai bisa meningkatkan ketergantungan pada bahan bakar fosil, dikutip Tree Hugger.
Sementara itu, sejumlah negara bagian di AS sudah mengambil langkah yang lebih ambisius untuk menghapus bahan bakar fosil.
"Anda telah melihat gubernur dan negara bagian selama beberapa tahun terakhir dengan cepat melewati standar energi bersih 100 persen yang mengikat," kata Jared Leopold, penasihat komunikasi di lembaga nirlaba Evergreen Action.
Bagaimanapun juga, membersihkan sektor pembangkit listrik adalah kunci utama menjaga suhu planet tidak makin panas. Listrik bertanggung jawab atas seperempat dari emisi karbon dioksida AS.
Alhasil, jika Mahkamah Agung, yang juga sempat mengeluarkan putusan kontroversial soal pelarangan aborsi, membuat ambisi itu lebih sulit, Leopold menyatakan "Ini bukan saatnya bagi orang-orang yang peduli dengan planet ini untuk mundur, namun saatnya untuk menjadi lebih agresif".
(can/arh)