Sebagai peneliti, Andi mengaku kadang asyik sendiri di laboratorium dalam durasi lama. Menurutnya, hal serupa juga terjadi kepada rekan-rekan peneliti lainnya.
"Memang ketika sudah di ruangan ataupun di Observatorium ya saya jadi asyik dengan kerjaan saya sendiri, ibaratnya sampai lupa daratan lah saking melambung tingginya ke angkasa," ujar warga Pajajaran, Bandung, ini.
Meski demikian, dia yakin para peneliti tak mutlak punya sifat seperti itu. Di momen-momen seperti seminar, lokakarya, maupun diskusi, ia mengaku tak jarang membeberkan informasi komprehensif kepada forum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Enggak bisa dipungkiri setiap periset punya karakter masing-masing, enggak semuanya begitu [tertutup]. Introvert jadi semacam stigma atau stereotipe yang sudah lazim kalau peneliti punya ruang yang bebas dari banyak orang," urainya.
Buktinya, selama berkiprah di lembaga ala NASA versi Indonesia itu Andi terbilang rajin berbagi informasi soal fenomena langit mingguan hingga bulanan.
Hal itu, kata peneliti yang juga rutin mengikuti Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) dan aerobik mingguan ini, dilakukan agar sumber daya manusia (SDM) bidang antariksa di RI tak makin tertinggal jauh dari negara lain.
"Ini salah satu cara agar bisa berkembang dan bisa bersaing dengan negara lain. Minimal dengan negara tetangga seperti di India, karena perkembangan astronominya sudah sangat pesat bahkan bisa meluncurkan roket sendiri," ujar dia.
Menurutnya, astronomi bukanlah ilmu yang tak menyentuh daratan. Justru, kata Andi, pengetahuan ini amat aplikatif dengan kehidupan sehari-hari. Contohnya, fenomena Strawberry Moon atau Bulan Stroberi, yang dinamakan sesuai dengan musim panen stroberi di Amerika Serikat.
Indonesia, ujarnya, juga sudah mengenal penamaan rasi bintang jauh sebelum zaman kerajaan karena banyak warga yang berprofesi sebagai petani dan nelayan. Contohnya, Ledes seharusnya Pleiades, Waluku untuk sabuk Orion, dan Wulanjarngirim untuk Alfa-Beta Centauri.
Andi mengatakan rasi bintang itu digunakan untuk menentukan momentum yang tepat untuk menggarap tanah, panen, mengolah lahan, hingga waktu untuk berlayar menangkap ikan.
"Sehingga memang rasi bintang ini tidak bisa lepas dari masyarakat Indonesia. Jadi memang kita tidak bisa lepas dari astronomi ini, seperti rasi bintang saat malam hari," jelasnya.
Unifikasi penentuan hari besar Islam di halaman selanjutnya...