Para pakar tak menutup peluang soal keberadaan emas, perak, platinum, dan zat berharga lainnya di luar angkasa.
Bulan, misalnya, adalah sumber helium-3 yang berpotensi menguntungkan. Ini digunakan untuk Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI) tertentu dan kemungkinan jadi bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahan ini semakin langka di Bumi hingga harganya melonjak menjadi U$5.000 (Rp74,9 juta) per liter.
Bulan juga diyakini sebagai sumber potensial unsur tanah jarang seperti europium dan tantalium, yang sangat diminati untuk digunakan dalam elektronik, panel surya, dan gadget canggih lainnya.
Terlepas momentum belakangan yang tengah panas terkait aksi politik kosmonaut Rusia soal Ukraina dan tudingan panas NASA terhadap China, kerja sama banyak negara di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) terbukti memberi efek koordinasi lintas negara sejak lama.
Sebuah makalah pada 2006 yang diterbitkan oleh Center for Strategic and International Studies, menunjukkan kerja sama internasional di angkasa bisa memangkas biaya yang besar karena bisa patungan.
Di sisi lain, ini jadi jalan hubungan diplomatik yang lebih kuat antara negara-negara serta membantu menciptakan lapangan kerja baru di masing-masing negara.
Jajak pendapat Huffington Post/YouGov pada 2013 menunjukkan setengah orang Amerika percaya kehidupan ada di tempat lain di alam semesta, dan seperempatnya menganggap makhluk luar angkasa pernah mengunjungi Bumi.
Sejauh ini, beragam alat 'pelacak' alien, baik itu teleskop berbasis Bumi maupun luar angkasa, sinyal, hingga wahana antariksa yang sudah sampai di Bulan dan Mars belum membuahkan hasil.
Itu baru permulaan. Upaya penjelajahan ruang angkasa yang lebih agresif bisa membantu kita menjawab pertanyaan terbesar, "apakah ada makhluk lain di luar angkasa?".
Nenek moyang primitif manusia menyebar dari Afrika timur ke seluruh planet ini. Sejak itu, kita tidak pernah berhenti bergerak.
Terlebih, manusia mulai kehabisan wilayah baru di Bumi. Satu-satunya cara untuk memenuhi dorongan kuno itu adalah dengan menemukan tempat baru untuk dikunjungi, apakah itu dengan perjalanan singkat ke Bulan sebagai turis, atau mendaftar untuk perjalanan antarbintang.
Dalam pidato pada 2007, mantan pimpinan NASA Michael Griffin membedakan antara "alasan yang dapat diterima" dan "alasan riil" untuk eksplorasi ruang angkasa. Alasan yang dapat diterima adalah masalah seperti manfaat ekonomi dan keamanan nasional.
Namun, kata dia, alasan sebenarnya adalah rasa ingin tahu, daya saing, dan pembangunan monumen.
"Siapa di antara kita yang tidak paham keajaiban, misteri, kekaguman, dan keajaiban saat melihat sesuatu, bahkan di televisi, yang belum pernah dilihat sebelumnya, sebuah pengalaman yang dibawa kembali kepada kita oleh misi luar angkasa robot?" ucapnya.
"Ketika kita melakukan sesuatu untuk alasan nyata yang bertentangan dengan alasan yang dapat diterima, kita menghasilkan pencapaian tertinggi kita."
Kemampuan manusia untuk menempatkan satelit di luar angkasa membantu kita untuk memantau dan memerangi masalah mendesak di Bumi, mulai dari kebakaran hutan, tumpahan minyak, hingga menipisnya akuifer yang diandalkan orang sebagai sumber air minum.
Lihat Juga : |
Namun, populasi terus berkembang, keserakahan merajalela, lingkungan rusak. Menurut sebuah survei 2012, sebagian besar ilmuwan memperkirakan bahwa Bumi memiliki daya dukung bagi 8 hingga 16 miliar orang. Dan kini Bumi memiliki populasi lebih dari 7 miliar.
Itu membuat beberapa futuris berpendapat bahwa kita harus bersiap untuk menjajah planet lain dalam tempo segera. Hidup Anda, anak-anak Anda, mungkin bergantung pada penjelajahan ruang angkasa ini.
(ttf/fea)