Metode yang dianggap paling penting dan paling sering digunakan, menurut dokter asal Prancis Alexandre Lacassagne (1843-1924), adalah suhu tubuh, rigor mortis, dan lividitas.
Suhu tubuh normal manusia adalah 36,7 derajat celsius (98,6 derajat fahrenheit). Setelah kematian, tubuh kehilangan atau bahkan mendapat panas sampai seimbang dengan sekitarnya.
Berbagai riset sudah dilakukan para ahli soal suhu tubuh ini. Termasuk studi oleh dokter Inggris John Davey Pada awal 1839. Namun, salah satu yang paling akurat saat ini adalah rumus jam kematian = 98,6 - suhu inti mayat/1,5.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perkiraan tingkat kehilangan panas ini berlanjut sampai suhu lingkungan tercapai, setelah itu tetap stabil. Namun demikian, faktor 1,5 derajat per jam bervariasi, tergantung pada lingkungan sekitar tubuh, ukuran mayat, pakaian, dan faktor lainnya.
Misalnya, jasad di ruangan beriklim sedang kehilangan panas jauh lebih lambat daripada tubuh di aliran es yang mengalir, dan sebaliknya.
Berikut prediksi waktu kematian mayat yang dilihat dari kondisi kematian seseorang berdasarkan rumus waktu kematian ini:
1-2 jam: tanda-tanda awal lividitas
2-5 jam: tanda-tanda pucat di seluruh tubuh berlangsung dalam 6-10 jam
5-7 jam: mayat kaku dimulai di wajah
8-12 jam: kondisi kaku menyebar ke seluruh tubuh
12 jam: tubuh mendingin hingga sekitar 25°C secara internal
20-24 jam: tubuh mendingin menyesuaikan suhu sekitar
24 jam: kondisi rigor mortis mulai menghilang dari tubuh dalam urutan yang kira-kira sama dengan kemunculannya
36 jam: kondisi kaku hilang total
48 jam: perubahan warna tubuh menunjukkan bahwa pembusukan dimulai
Dikutip dari BMC, Metode Henssge dipakai untuk memperkirakan waktu kematian periode post-mortem awal hingga sekitar dua hari. Seperti metode awal, teknik ini juga didasarkan atas suhu tubuh dan lingkungan.
Henssge menyederhanakan persamaan yang dikembangkan oleh Marshall dan Hoare (1962) yang memodelkan kurva suhu dari eksperimen pendinginan fisik terukur yang sebenarnya.
Untuk memungkinkan setiap pengguna mendapatkan solusi yang valid dan cepat secara praktis, nomogram dibuat oleh Henssge untuk mudah direplikasi. Perhitungannya jauh lebih kompleks ketimbang rumus awal tadi.
Namun, nilai untuk asumsi suhu tubuh awal tetap 37,2∘derajat Celsius.
Teknik ini digabungkan dengan kriteria lain seperti lividitas, rigor mortis, mekanik, dan rangsangan listrik otot rangka, serta rangsangan farmakologis dari iris.
"Metode ini berhasil digunakan dalam 72 kasus berturut-turut di TKP temuan jasad. Hal itu menunjukkan [metode ini] lebih dapat diandalkan dan lebih tepat batasan waktu kematian daripada metode tunggal mana pun," demikian pernyataan dalam makalah karya C. Henßgea dan B. Madea berjudul 'Estimation of the time since death in the early post-mortem period' di jurnal Forensic Science International.