Sebagian wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) bakal memasuki musim hujan pada pertengahan Oktober. Kombinasi dengan beberapa fenomena atmosfer pun memicu peningkatan curah hujan.
Koordinator Bidang Cuaca dan Peringatan Dini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Miming Saefudin mengungkapkan curah hujan di beberapa wilayah Jakarta tergolong naik. Pasar Minggu, Jakarta Selatan, misalnya, curah hujan bisa mencapai 145,5 milimeter; Halim, Jakarta Timur, 124 milimeter; Lebak Bulus, Jakarta Selatan, 120,4 milimeter.
Hujan lebat sendiri memiliki volume 50 sampai 100 mm per 24 jam. Sementara hujan sedang 20 hingga 50 mm per 24 jam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan secara umum wilayah Jakarta pada bulan ini masih dalam masa pancaroba. Namun, sebagiannya memang sudah memasuki awal musim hujan.
"Wilayah Selatan seperti Depok, Jakarta Selatan, kemudian perbatasan Kabupaten Bogor itu, musim hujannya di Oktober pertengahan," kata Miming, kepada CNNIndonesia.com, Rabu (5/10).
"Kemudian wilayah tengah seperti Jakarta Barat, sebagian Wilayah Timur, dan sebagian Jakarta Utara itu umumnya bulan November, termasuk Jakarta Utara, awal musimnya juga November," lanjutnya.
Miming mengatakan hujan lebat juga berpotensi terjadi mulai November hingga mencapai puncaknya pada Januari dan Februari.
"Curah hujan tinggi juga perlu diwaspadai mulai November, Desember, Januari, Februari karena wilayah Jabodetabek mulai masuk awal musim hujan itu," ujarnya.
"Kan ada [wilayah] yang [masuk musim hujan] Oktober dan November, kemudian puncaknya pada Januari-Februari. Sehingga potensi hujan dengan curah hujan tinggi masih harus diwaspadai," kata Miming.
Terkait wilayah yang berpotensi banjir, Miming mengatakan BMKG telah memiliki produk prakiraan berbasis dampak
"Untuk wilayah Jabodetabek, dua hari ke depan kita lihat sebagian wilayahnya ini ada yang waspada kemudian ada yang siaga. Siaga untuk curah hujan lebat yang berpotensi dampak itu wilayah Banten, DKI Jakarta, kemudian perbatasan," ungkap dia.
"Wilayah DKI ini di sekitar Jakarta Selatan, Barat, beberapa wilayahnya ada yang kondisi siaga untuk potensi dampak hujan lebatnya. Kemudian wilayah lain dalam kategori siaga," kata Maming.
Terlepas dari itu, BMKG, dalam rilis resminya, menyebut ada dinamika atmosfer terkini yang memicu peningkatan curah hujan di beberapa wilayah, termasuk Jabodetabek.
Yakni, "belokan dan perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan pola konvektifitas serta aktifnya fenomena Madden Jullian Oscillation (MJO) yang berinteraksi dengan gelombang Rossby Ekuator dan gelombang Kelvin sehingga dapat memaksimalkan potensi pertumbuhan awan hujan".
"Hujan dengan intenstitas sedang hingga lebat disebabkan kondisi dinamika atmosfer antara lain adanya daerah belokan dan pertemuan angin serta suplai uap air yang cukup banyak dari samudera Hindia,"ujar Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab kepada CNNIndonesia.com, Rabu (5/10).
BMKG pun mengungkap paling tidak ada 29 wilayah di Indonesia yang curah hujannya termasuk kategori sedang-lebat dan dapat disertai kilat/petir serta angin kencang, mulai dari Aceh hingga Papua.
Potensi curah hujan dengan intensitas sedang-lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang pun diprediksi terjadi pada 2 hingga 8 Oktober.
"Hingga tiga hari ke depan masih ada potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat terutama pada siang hingga sore hari," ujar Fachri.
Terpisah, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan pihaknya memonitor perkembangan kondisi cuaca di seluruh wilayah Indonesia yang saat ini diindikasikan terdapat signifikansi dinamika atmosfer sehingga dapat berdampak pada potensi peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia.
(can/lth/arh)