MEET THE GEEK

Onno, Wajan, dan Kisah 'Perang' Melawan Buta Internet RI

CNN Indonesia
Jumat, 02 Des 2022 17:31 WIB
Onno W. Purbo adalah salah satu pionir internet lewat temuan Wi-Fi low budget tapi efektif hingga perintis white hack di RI. Simak petualangannya di sini.
Onno W. Purbo, salah satu pelopor internet di Indonesia. (Foto: detikcom/Muhammad Ridho)
Jakarta, CNN Indonesia --

Raut wajah semringah Onno W. Purbo (60) terlihat dari jauh saat bergegas menaiki anak tangga usai dipersilahkan untuk naik ke atas mimbar sebuah seminar siber di Jakarta.

Tak basa-basi, Onno memberikan pemaparan di hadapan puluhan orang, termasuk pejabat Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), dalam waktu 20 menit. Selain memberi ceramah keamanan siber yang padat berisi, ia tak lupa 'menghibur' para peserta dengan celetukan jenakanya.

Pria kelahiran Bandung, 17 Agustus 1962, atau bertepatan dengan peringatan Kemerdekaan ke-17 RI itu, memancarkan aura Guru Oemar Bakrie yang tak lelah membagikan ilmu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak cuma mengajar, Onno, yang juga menjabat sebagai wakil rektor di Institut Teknologi Tanggerang Selatan (ITTS) itu, itu juga sudah sejak lama menjadi praktisi internet hingga keamanan siber.

Akun Twitter-nya, @onnowpurbo, tak jarang memberi masukan kepada para pengikut saat menemui kejanggalan dalam sistem siber. Satu per satu ia jawab meskipun pertanyaan yang diajukan tak jarang 'nyeleneh'.

Bagaimana bisa dia mencapai tahap ini?

Awal karir Onno di bidang keamanan siber tak diawali dengan latar belakang sekolah yang sejalan. Pada 1981, ia masuk di jurusan teknik elektro di Institut Teknologi Bandung (ITB). Keseharianya penuh dengan kegiatan solder komponen dan rangkaian elektronika.

Usai lima tahun lebih mengenyam pendidikan tinggi di ITB, ia melanjutkan kuliah S2 di McMaster University, Kanada (1989); dilanjut dengan S3 untuk mendalami mekanikal satelit orbit tinggi di Universitas Waterloo, Kanada (1993).

Asa setinggi langit inilah yang boleh jadi menjadi salah satu bekal dia untuk memperdalam ilmu dunia maya.

"Sekolah kagak ada hubungan sama internet, kagak ada hubungan dengan cyber security, kagak ada hubungan sama informatika IT, kagak ada," seloroh Onno sambil tertawa terbahak-bahak, saat ditemui CNNIndonesia.com, di Jakarta, Oktober lalu.

Meski begitu, Onno aktif di paguyuban Organisasi Radio Amatir Indonesia (ORARI), yang sempat jadi tren anak muda untuk saling berkomunikasi yang dikenal dengan istilah 'ngebrik'.

Ia bersama kawan-kawanya di teknik elektro ITB 'ngulik' jaringan komunikasi radio itu untuk dihubungkan ke komputer, agar komunikasi yang terjalin tak hanya lewat audio saja, tapi juga lewat komputer.

Onno memamerkan terobosan teknologinya pada pameran komunikasi di Universitas Padjadjaran (Unpad) bersama dengan para sebayanya di ORARI.

Ayah enam anak ini mengaku tak akan melupakan momen bersejarah bagi karier internetnya. Saat itu, kondisi pameran bertepatan dengan konflik internasional, yakni saat Amerika Serikat membombardir Libya pada 1983.

"Coba kita monitoring kantor berita asing nih, terus mereka kirim pakai komputer gue monitor, kita bisa dengerin di waktu itu Amerika ngebom Libiya, jadi kita dapet berita pertama kali," kenang dia.

Masih ia ingat kode para seniornya yang juga memberi bantuan ilmu untuk menjadikan komputer menangkap sinyal radio dari walky talkie.

"Namanya Henky Bravo Golf, dia angkatan 10 tahun di atas saya, Roby Subiakto namanya, dia di IBM Indonesia, anggota ORARI. Dia ilmunya kan tinggi banget tuh, diturunkan lah ilmunya ke anak-anak gelo ini bagaimana radio bisa dihubungkan dengan komputer dan itu jadi cikal bakalnya internet IP band awal," kisahnya.

Ia mengatakan awal mula internet disambungkan ke radio itu tak ubahnya seperti Wi-Fi yang mengandalkan sinyal frekuensi radio untuk terhubung dengan jaringan internet.

Namun bedanya, saat itu hanya bisa membagikan suara saja, dan saat ini Wi-Fi bisa membagikan layanan data sehingga pengguna bisa berselancar.

Atas dasar ilmu 'ngulik' itu, ia bersama kawan-kawanya menciptakan internet murah dengan memanfaatkan sinyal radio dan ditangkap dengan wajan yang dimodifikasi dengan nama wajan bolic.

Alat besutan Onno itu memadukan dari wajan peranti memasak dengan parabola. Hasilnya, pengguna bisa merasakan sensasi berselancar dengan kecepatan 1 Mbps, kecepatan yang terbilang ngebut ketimbang Telkom yang saat itu hanya menyediakan internet dengan kecepatan 64 Kbps.

Menurut Onno, temuannya itu bisa jadi sebagai teknologi yang dapat membantu banyak masyrakat di Indonesia memperoleh internet dengan harga murah kala itu, awal 2000-an.

Meskipun niat Onno itu terbilang mulia, Kementerian Komunikasi dan Infomatika (pada 2001 namanya masih Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi, pada 2005 Departemen Komunikasi dan Informatika) memberangus temuannya.

"Mulai Kominfo turun, sweeping, hajar, diambil alatnya. Perang!" cetus dia dengan nada yang meninggi.

Padahal, kala itu dia tengah menjabat penasihat Dirjen Pos dan Telekomunikasi Kemenkominfo.

"Karena perang, saya yang saat itu jadi penasihat, saya bikin surat ke postel 'gue enggak akan pernah nginjek kantor lu sampai urusan ini selesai'. Jadi selama lima tahun saya engga nginjek dan saya perang dengan Kominfo," tuturnya.

Bukan tanpa alasan, pernyataan perang ini lantaran fenomena berbeda 180 derajat terjadi di belahan dunia lain. Bahwa, negara-negara tengah mencari cara agar warganya bisa mendapatkan internet gratis.

Situasi berbalik di halaman berikutnya...

Situasi Berbalik usai Penghargaan Internasional

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER