Cerita Kawin Lintas 'Keluarga' yang Bikin Paus Terancam Punah

CNN Indonesia
Jumat, 01 Mar 2024 08:54 WIB
Ilustrasi. Paus biru terdeteksi kawin dengan paus sirip sejak lama. (iStockphoto/eco2drew)
Jakarta, CNN Indonesia --

Penelitian terhadap asam deoksiribonukleat (DNA) pembawa materi genetik tersembunyi pada paus biru di Atlantik mengungkapkan spesies tersebut pernah kawin dengan spesies lain, yakni paus sirip.

Hal tersebut mengisyaratkan kedua spesies telah melakukan kawin silang jauh lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.

Penelitian ini sendiri dilakukan dalam rangka penelitian mendalam soal paus biru yang jumlahnya sempat anjlok di awal abad ke-20. Menurunnya populasi paus biru disebabkan oleh tingginya perburuan paus.

Paus biru bahkan masuk dalam daftar merah spesies terancam punah dalam International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Dalam penelitian tersebut, peneliti tengah memeriksa dan menganalisis genom Balaenoptera Musculus Musculus, subspesies paus biru yang banyak ditemukan di Atlantik Utara dan Pasifik utara.

Studi ini ditujukan untuk mengetahui tanda-tanda perkawinan sedarah yang dapat menghambat pemulihan spesies ini.

Tim peneliti menemukan tiap sampel paus biru memiliki DNA paus sirip. Rata-rata 3,5 persen dalam DNA paus biru berasal dari paus sirip.

Untuk membantu penelitian, para peneliti menciptakan genom 'de novo' pertama untuk meneliti populasi ini.

Genom ini sendiri merupakan genom baru yang belum diketahui referensinya. Mereka menggunakan cetak biru untuk menyatukan potongan-potongan DNA individu yang berbeda pada populasi paus biru.

"Ini adalah proses yang panjang dan melelahkan, mirip dengan menyusun puzzle besar tanpa gambar di kotaknya sebagai panduan," ujar salah satu penulis studi Conservation Genetic, Mark Engstrom, yang merupakan ahli genetika ekologi di University of Toronto, dikutip dari LiveScience.

Tak subur

Hasil hibrida paus biru dan paus sirip ini terkadang disebut sebagai 'flue whale', paduan kata dari fin whale (paus sirip) dan blue whale (paus biru).

Menurut studi pada 2021, bentuk fisik dari flue whale sendiri seringkali tampak seperti paus sirip yang besar namun dengan warna dan struktur rahang yang mirip seperti paus biru.

Dalam ilmu genetika, persilangan antar individu beda spesies atau hibridisasi awalnya bertujuan untuk menghasilkan keturunan dengan gabungan sifat atau rekombinasi gen dari kedua individu.

Faktanya, sebagian besar hewan hasil hibridisasi atau yang berasal dari dua spesies berbeda cenderung tidak subur. Hal tersebut disebabkan oleh induk hibrida yang tidak memiliki materi genetik yang layak untuk menghasilkan sperma atau sel telur.

Memang, ada juga faktor genetik lain yang membuat hibridisasi menghasilkan keturunan yang infertile (mandul). Oleh karena itu, sampai saat ini masih diasumsikan bahwa hewan hibrida jauh lebih berpotensi untuk tidak subur.

Namun, berdasarkan penelitian pada 2018, terungkap bahwa setidaknya terdapat beberapa dari flue whale ini berhasil bereproduksi kembali dengan paus biru.

Menurut para peneliti jurnal Conservation Genetic, hibridisasi ini memang tidak akan menyebabkan masalah.

Namun, tetap ada kekhawatiran nantinya ini dapat mengurangi jumlah DNA dari paus biru. Lebih buruk lagi, ini bisa menyebabkan paus biru kurang tahan beradaptasi terhadap tantangan dan perubahan iklim yang mengakibatkan kepunahan.

Harapan selamat dari kepunahan

Populasi paus biru saat ini menurun akibat dari perburuan secara besar-besaran sejak awal abad 20. Hal tersebut mengakibatkan paus biru masuk dalam daftar kategori hewan terancam punah oleh IUCN.

Menurut data terbaru, jumlah populasi paus biru kembali meningkat di seluruh dunia dengan angka mencapai 15.000 ekor.

Selain itu, para peneliti jurnal Conservation Genetic juga menemukan perkawinan sedarah antara paus biru Atlantik Utara jauh lebih sedikit daripada yang telah diperkirakan sebelumnya.

Kemudian, aliran gen yang signifikan juga ditemukan antara paus dari Atlantik barat, sekitar Amerika Utara, hingga Atlantik timur dekat Eropa, yang kemungkinan besar disebabkan oleh paus barat yang mengikuti arus Atlantik Utara ke arah timur untuk mencari makan.

Hal ini rupanya menjadi kabar baik bagi para peneliti yang berpendapat bahwa semakin banyak populasi paus biru yang lebih terhubung dan lebih beragam secara genetik sehingga bisa lebih tahan terhadap perubahan.

"Hal ini memberi saya harapan bahwa dengan upaya konservasi yang berkelanjutan, populasi Atlantik dapat pulih," tandas Engstrom.

(ptr/rni/arh)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK