Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar rapat terbatas guna membahas stabilitas nilai tukar rupiah menyusul terjadinya pelemahan mata uang dalam negeri.
Begitu dominannya nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah hingga nyaris menyentuh Rp 13 ribu kemarin, membuat Jokowi merasa perlu menindaklanjuti kejadian tersebut dengan memanggil menteri-menteri bidang ekonomi dan menteri lain yang terkait.
Beberapa menteri yang ikut dalam rapat terbatas antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan, dan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jokowi memaparkan pelemahan nilai tukar rupiah sebenarnya tak terlalu buruk jika dibandingkan dengan beberapa negara maju lainnya, seperti Jepang, Malaysia, dan Rusia.
"Kita berada dalam posisi yang baik," kata dia ketika membuka rapat di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (17/12).
Menurut Jokowi, kesempatan seperti ini seharusnya digunakan untuk mendorong industri agar dapat berorientasi ekspor dan bisa bergerak dengan cepat. "Sehingga bisa mengambil keuntungan dari posisi pelemahan rupiah ini," ucap dia. (Baca juga:
Menkeu: Rupiah Lemah Momentum Kebangkitan Industri Manufaktur)
Agar pelemahan nilai tukar rupiah tak berlangsung lama, Jokowi mengungkapkan pemerintah akan mengadakan pertemuan dengan pimpinan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Selain membahas stabilitas nilai tukar rupiah, rapat terbatas hari ini juga membicarakan soal strategi pencapaian target pertumbuhan ekonomi, finalisasi Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, revisi Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2015, dan Anggaran Kementerian 2015, terutama yang mengalami perubahan nomenklatur.