Jakarta, CNN Indonesia -- Bicara soal seksualitas dalam seni di Indonesia ada kalanya masih dianggap hal tabu. Apalagi jika bahasannya adalah tubuh laki-laki.
“Sementara, seniman perempuan biasanya cenderung memasukkan unsur feminisme atau seksualitas perempuan,” ujar Kelvin Atmadibrata seniman yang sedang memamerkan karyanya di Japan Foundation Gallery, Gedung Summitmas I, Jakarta.
Dalam pamerannya Kelvin juga menyelipkan pertunjukan seni. Pamerannya sendiri berlangsung sejak 22 Agustus hingga 4 September 2014. Keunikan Kevin terletak pada keajekannya dalam mengusung tema gender, khususnya
queer (istilah untuk minoritas seksual yang bukan heteroseksual) ke dalam karya-karyanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seniman kelahiran 1988 ini pun sering melakukan performance art. Dia menggunakan tubuhnya sendiri sebagai medium penyampaian pesan. Bagi Kelvin, tubuh selayak kanvas atau tanah liat untuk mencipta seni. Meski begitu, Kelvin tetap memasukkan narasi dalam karya-karyanya. Sehingga, pesan tak hanya ditangkap dari visualisasinya, tetapi juga kekuatan kata.
Dalam
Acorn Knights, misalnya. Kelvin menyoroti penolakan yang dihadapi komunitas
gay. Karya ini berfokus pada penerimaan pria
gay terhadap HIV dan AIDS. Menggunakan tubuhnya, Kelvin mencoba menunjukkan maskulinitas pria dengan tampil telanjang. Namun, pria yang pernah menetap selama satu dasawarsa di Singapura ini mengakui, kesenian yang menampilkan tubuh manusia seutuhnya masih agak sulit diterima di Indonesia.
Menurutnya, museum dan institusi seni sudah terbuka akan hal itu, tetapi masyarakat Indonesia belum sepenuhnya menerima. Padahal, menurutnya, berdasarkan sejarah, ketelanjangan bukanlah hal tabu di Indonesia.
“Sekarang saya perhatikan sudah banyak proyek-proyek nudity di Indonesia,” ujarnya saat diwawancarai CNN Indonesia lewat telepon, Senin (1/9).
Dalam karya-karyanya, tak hanya soal tubuh Kelvin seringkali menunjukan sisi oriental. Ia mengakui budaya Jepang turut memengaruhinya. “Dulu saat kecil saya suka
Power Ranger dan main
role-playing video games,” tuturnya.
Meramaikan Performance Art Indonesia
Sarjana Seni dari Nanyang Technological University Singapura ini bertekad menetap di Indonesia dan terus berkarya sebagai seniman performance art.
Kelvin bergabung ke komunitas Padjak (Performance Art di Jakarta). Komunitas itu biasanya mengadakan pertemuan sekali dalam dua bulan.
“Kami juga mengadakan pertunjukan di ruang publik. Beberapa waktu lalu kami adakan pertunjukan di Pintu Air Manggarai,” ucapnya. Menurutnya, peminat performance art sudah mulai banyak. Praktisi dan peminat juga sudah ada. Hanya kelanjutannya yang masih perlu dipertanyakan.
“Secara tidak langsung, kami masih termasuk seniman yang terpinggirkan,” katanya lagi. Kesenian seperti ini, menurut Kelvin, masih sulit untuk dijual. Akan tetapi, Kelvin tetap bertahan di ranah seni ini. Dia mengidolakan Melati Suryadarmo, pelaku
performance art tanah air yang telah diakui dunia.
“Suryadarmo adalah satu contoh seniman yang bisa menghasilkan uang dari bidang ini,” katanya. Kelvin banyak terlibat dalam kegiatan nonprofit yang memfokuskan pameran karya-karya yang mengusung isu-isu gender dan seksualitas pria. Ia telah melakukan pameran di berbagai negara, di antaranya: Singapura, Swedia, Amerika Serikat, dan Spanyol.
“Proyek selanjutnya, saya akan mengadakan pameran di Sydney dan Singapura,” ujar Kelvin.