Flexi dan StarOne Menyerah, Smartfren Bertahan

CNN Indonesia
Kamis, 11 Sep 2014 16:52 WIB
Telkom Flexi dan Indosat StarOne akan mundur dalam bisnis telekomunikasi CDMA, berbeda dengan Smartfren yang tancap gas dan berencana langsung beralih ke teknologi 4G LTE.
Menara BTS (Getty Images/CNN)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dua layanan telekomunikasi nirkabel di Indonesia yang mengusung teknologi CDMA, Telkom Flexi dan Indosat StarOne, berencana mengalihkan teknologi mereka ke GSM. Alasan keduanya sama, teknologi CDMA dinilai sudah mentok!

Telkom berencana mengalihkan sekitar 4 juta pelanggan Flexi ke layanan Kartu As dari Telkomsel. Sementara Indosat belum menentukan ke mana akan menampung sekitar 120 ribu pelanggan StarOne.

Pemerintah dan para pengamat senada mengatakan bahwa teknologi CDMA sudah mentok. "Kalau teknologinya sudah berakhir berarti radio-radio untuk BTS sudah tidak diproduksi lagi," ujar Nonot Hartono, Anggota Komite Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Telkom telah menyiapkan biaya Rp 1,9 triliun untuk mengalihkan layanan dan pelanggan Flexi ke Kartu As. Biaya Rp 1 triliun digunakan untuk sewa menara BTS, sisanya untuk sosialisasi dan pemasaran peralihan.

Pihak Telkom dan Indosat juga mengatakan, teknologi CDMA tidak didukung oleh perusahaan pembuat ponsel, tak seperti ponsel berbasis GSM yang membanjiri pasar.

Namun, rencana peralihan ini nampaknya akan memberi pengaruh kepada pelanggan. Flexi dan StarOne, merupakan dua operator CDMA dengan lisensi Fixed Wireless Access (FWA) atau telepon tetap dengan mobilitas terbatas. Operator ini menggunakan penomoran tetap atau seperti telepon rumah yang di depannya disertai kode area seperti 021 untuk Jakarta atau 031 untuk Surabaya.

Sementara jika Flexi dialihkan ke GSM, maka pola penomorannya adalah national destination code (NDC) yang umumnya di dahului dengan nomor 0852 untuk Kartu As, 0818 untuk XL, dan 0856 untuk IM3.Nah, ini berarti nomor lama pelanggan Flexi akan berubah.

Langkah mengalihkan teknologi yang dilakukan Telkom, disebut Nonot merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pelanggan. "Kalau sudah begini, sebaiknya pelanggan ditinggalkan begitu saja atau dialihkan?" lanjut Nonot saat dihubungi CNN Indonesia.

Namun, di balik itu semua ada upaya dari Telkom dan Indosat untuk menyelamatkan bisnis CDMA mereka yang terus terpuruk. Rencana keduanyamengganti teknologi ke GSM juga didasari karena kelompok usaha mereka telah memiliki infrastruktur jaringan GSM.

Menurut pengamat telekomunikasi Heru Sutadi dari Indonesia ICT Institute, Telkom dan Indosat harus memberi kompensasi kepada pengguna, termasuk memberi subsidi untuk pengadaan ponsel baru berbasisGSM. Selain itu, keduanya juga diminta untuk merancang tarif yang terjangkau.

"Beberapapengguna memilih CDMA karena tarifnya lebih murah dari GSM, karena itu harus ada penyesuaian tarif," tukas Heru.

Director of Innovation and Strategic Portofolio Telkom, Indra Utoyo mengatakan, pihaknya berencana memberi subsidi pengadaanponsel untuk pelanggan Flexi yang dialihkan ke Kartu As berdasarkan rata-rata pendapatan per pengguna.


Smartfren bertahan

Smartfren adalah satu-satunya operator CDMA yang gencar mempromosikan layanan dan terus memperbarui teknologi dari EV-DO Rev B menuju DO Advanced.

Direktur Jaringan Smartfren, Merza Fachyz mengatakan, tetap percaya dengan teknologi CDMA yang sekarang ada. Menurutnya, pelanggan tak peduli soal teknologi yang digunakan di belakangan layanan. "Yang mereka ingin cuma kepuasan," ujarnya.

Mengetahui kompetitornya "seakan mati segan hidup tak mau," Smartfren punya strategi sendiri dalam membangun ekosistem CDMA di Indonesia, yaitu dengan menghadirkan ponsel berbasis Android yang mendukung jaringan CDMA.

"Minimal satu smartphone setiap kuartal. Tapi sejauh ini pasti lebih dari satu setiap kuartal," ujar Merza. Ia mengaku perusahaan tidak mengambil banyak untung dari penjualan ponsel Android mereka yang biasanya mengusung nama Andromax.

Upaya Smartfren berbuah manis. Smartfren mengklaim sukses menjual 1,2 juta unit ponsel seri Andromax di sepanjang 2013. Perusahaan menargetkan di tahun 2014 ini penjualan ponsel Andromax tumbuh tiga kali lipat.

Anak usaha Sinar Mas ini tak mau latah beralih teknologi ke GSM seperti dua kompetitornya. Dari CDMA, mereka akan langsung naik level mengadopsi teknologi 4G Long Term Evolution ketika nanti Kementerian Komunikasi dan Informatika telah selesai menyusun regulasinya.

2014 menjadi tahun penuh harapan bagi Smartfren. Di tahun ini, mereka berharap dapat meraih laba bersih untuk pertama kalinya dengan layanan data sebagai pendapatan utama. Perusahaan telah menyiapkan investasi sebesar US$ 100 juta untuk sepanjang 2014.

Pada akhir 2013 lalu, Smartfren melaporkan memiliki total pelanggan sebanyak 11,3 juta. Angka itu ditargetkan tumbuh menjadi 15 juta pelanggan pada 2014.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER