Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) menilai masih ada potensi kenaikan harga bahan pangan pada September ini, meski kebanyakan harga bahan pangan relatif turun di sepanjang bulan lalu. BPS mencatat deflasi 0,07 persen pada Agustus 2017.
Kepala BPS Suhariyanto atau yang akrab disapa Ketjuk mengatakan, potensi kenaikan harga pangan tersebut bisa terjadi pada komoditas cabai merah, garam, telur ayam ras, dan daging ayam ras.
Misalnya, garam. Potensi kenaikan harga garam sudah terlihat sejak bulan lalu. Awal bulan ini saja, harganya sudah naik sekitar 26,22 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara rata-rata naik 26,22 persen. Tapi, di beberapa provinsi ada yang naik hingga 105 persen, seperti di Gorontalo," ujarnya, Senin (4/9).
Sementara, harga cabai merah naik 0,92 persen pada bulan lalu dan telur ayam, serta buah-buahan masing-masing naik 0,1 persen.
Adapun potensi kenaikan sejumlah bahan pangan ini, menurut Ketjuk, bisa terjadi hingga penghujung tahun, khususnya Desember. Sebab, jelang pergantian tahun, kebutuhan pangan masyarakat cenderung meningkat, sehingga berpotensi mengerek inflasi tinggi.
"Tapi, yang perlu dijaga adalah di Desember, jelang natal, tahun baru, dan ada liburan. Karena selalu ada kenaikan di Desember," terang Ketjuk.
Adapun, sejumlah bahan pangan yang telah menurun harganya sampai Agustus lalu, yaitu bawang merah yang turun 11,7 persen dan bawang putih turun 13 persen.
"Penurunan juga terjadi pada ikan segar dan beberapa sayuran, seperti tomat, cabai rawit, ada juga bayam, kelapa, dan lainnya," imbuh dia.
Pada Agustus lalu, BPS mencatat, Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi 0,07 persen secara bulanan
(month to month/mtm). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi Juli 2017 sebesar 0,22 persen dan juga dibanding Agustus 2016 yang mengalami deflasi 0,02 persen.
Sedangkan, inflasi secara tahun berjalan
(year-to-date/ytd) Januari-Agustus 2017 sebesar 2,53 persen dan secara tahunan
(year on year/yoy) sebesar 3,82 persen.