Waspadai Cedera Otak saat Anak Bermain di Taman

Fitri Chaeroni | CNN Indonesia
Kamis, 15 Sep 2016 14:37 WIB
Setiap tahun, rata-rata 21 ribu anak-anak di bawah 14 tahun harus mengalami perawatan serius karena bermain di taman.
Ilustrasi (Muhammad Adimaja/Antara Foto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Keselamatan anak ketika bermain di taman bermain sepertinya harus makin ditingkatkan. Riset terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics mengungkap, ada begitu banyak anak yang mengalami cedera otak akibat kecelakaan saat bermain di taman bermain.

Menurut penelitian yang ditulis oleh Jeneita Bell, MD, MPH seorang petugas medis di CDC’s Injury Center ini, jumlah anak yang dilarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD) dengan permasalahan trauma cedera otak ketika bermain meningkat secara signifikan antara tahun 2005 hingga 2013.

Setiap tahun, rata-rata 21 ribu anak-anak di bawah 14 tahun harus mengalami perawatan serius, karena cedera otak setelah bermain ayunan, perosotan, permainan memanjat, dan bermain jungkat-jungkit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, tiap tahun tercatat 215.883 anak-anak mengalami cedera setelah bermain. Boleh jadi ini adalah informasi yang penting bagi orang tua. Banyak yang beranggapan taman bermain adalah tempat yang aman untuk anak-anak membakar energi. Selain itu menjadi tempat dia benar-benar menjadi ‘anak-anak’.

Berikut fakta dari penelitian yang diungkapkan di atas:

- Dua hingga tiga cedera terjadi di sekolah dan fasilitas olahraga.

- Sekitar 95,6 persen anak telah dirawat dan sembuh karena cedera.

- Lebih dari separuh anak-anak yang dialrikan ke rumah sakit adalah anak laki-laki.

- Lebih dari separuh yang dirawat akibat cedera adalah anak usia antara 5 dan 9 tahun.

- Kebanyakan cedera terjadi antara bulan April, Mei, dan Septeber. Waktu anak-anak lebih suka bermain di luar menikmati cuaca yang bagus.

- Bagian paling berbahaya dari permainan di taman bermain di antaranya monkey bar (tempat di mana anak bisa bergelantungan), fasilitas olahraga, dan ayunan.

Bell mengatakan, sulit untuk menentukan apa risiko spesifik terhadap perilaku anak akibat cedera trauma otak ketika bermain di taman bermain.

"Juga alasan mengapa kunjungan ke UGD telah meningkat,” kata Bell.

Menurutnya penelitian lebih lanjut perlu dilakukan. Ada risiko yang jelas dari hal ini. Namun ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan orang tua atau pengasuh anak untuk meminimalkan risiko cedera ketika bermain di taman bermain. Berikut beberapa hal yang direkomendasikan:

1. Cek apakah pada playground tersebut memiliki material lunak sebagai alasnya, seperti: serpihan kayu, pasir, atau jerami.

2. Baca tanda-tanda atau papan informasi yang tertera di taman bermain. Serta gunakan peralatan bermain yang sesuai dengan usia anak.

3. Pastikan ada pagar pengaman dalam kondisi yang baik untuk mencegah anak terjatuh.

4. Perhatikan lokasi sekitar taman bermain yang mungkin akan anak lalui, bisa saja menemukan batu atau tunggul pohon yang berbahaya.

Selain pada orang tua, sepertinya penyedia fasilitas bermain untuk anak juga harus lebih meningkatkan fasilitas keamanannya. Agar anak-anak tak perlu menjadi korban dari kelalaian perawatan dari taman bermain itu sendiri. (rkh/rkh)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER