Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, kamu pasti pernah mempelajari soal hikayat atau karya sastra Melayu klasik berbentuk prosa atau cerita.
Berikut dibahas secara detail mengenai hikayat: pengertian, tujuan, ciri, jenis, dan contoh, dirangkum dari berbagai sumber.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hikayat termasuk ke dalam jenis cerita rakyat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa.
Isi dari hikayat ini berupa cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat tersebut.
Selain itu, hikayat biasa dibaca untuk pelipur lara atau menghibur, pembangkit semangat juang, meramaikan pesta, atau sekadar menyampaikan nilai-nilai luhur.
Sementara dalam buku CCM Cara Cepat Menguasai Bahasa Indonesia (2019) oleh Tomi Rianto, hikayat adalah karya sastra lama berbentuk prosa yang mengisahkan kehidupan kaum bangsawasan di istana atau orang-orang ternama yang mempunyai kehebatan.
Tak hanya itu, hikayat juga menceritakan tentang kekuatan atau mukjizat, hingga sarat akan hal-hal tidak masuk akal dan penuh keajaiban.
Hikayat mulai berkembang pada masa Melayu klasik, sehingga kata-kata yang digunakan di dalamnya dominan menggunakan bahasa Melayu.
Baca juga artikel terkait lainnya:
Sama seperti jenis teks lainnya, teks hikayat memiliki tujuan untuk para pembacanya. Berikut beberapa tujuan hikayat.
Berikut ciri-ciri atau karakteristik hikayat yang perlu kamu tahu.
Berikutnya contoh hikayat singkat berjudul Antu Ayek. Kisahnya mengenai seorang bunga desa yang dipaksa menikah oleh sang ayah karena masalah utang.
Judul Hikayat: Antu Ayek
Suatu hari, di sebuah desa ada seorang ayah yang terpaksa menikahkan Gadis Juani dengan Bujang Juandan karena terjerat utang pada keluarga sang bujang.
Bujang Juandan memang pemuda dari keluarga kaya raya. Tetapi yang membuat Gadis Juani sedih adalah rupa Bujang Juandan yang tidak tampan.
Selain itu, Bujang Juandan pun menderita penyakit kulit di sekujur tubuhnya, sehingga dia juga dikenal sebagai Bujang Kurap.
Namun pada akhirnya di malam pernikahan, Gadis Juani tidak kuasa membendung kesedihan ketika arak-arakan rombongan Bujang Juandan tiba.
Di tengah kekalutan pikiran sambil berurai air mata, dia keluar lewat pintu belakang rumah dan berlari menuju sungai.
Dia mengakhiri hidupnya di sungai itu dan menjadi arwah penunggu sungai yang dikenal sebagai Antu Ayek.
Hikmah yang dapat diambil dari hikayat Antu Ayek adalah orang tua sebaiknya tidak memaksakan jodoh dari sang anak. Sebab, segala sesuatu yang dipaksakan dapat berujung pada kesedihan.
Itulah penjelasan lengkap mengenai hikayat: pengertian, ciri, dan contohnya.
(avd/fef)