Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Sigit Pramono menganggap wajar telah terjadi perang suku bunga deposito perbankan. Sebab, bank harus bertahan dari ketatnya likuiditas untuk tetap melakukan ekspansi kredit.
"Istilah perang itu menakutkan, yang terjadi memang bank harus berebut untuk mempertahankan likuditas," kata Sigit di Jakarta, Selasa (23/9).
Setiap bank, kata dia, memiliki masing-masing cara untuk bertahan dari keadaan likuiditas yang ketat. Sebab bagi perbankan, likuditas adalah hal utama yang harus diperhatikan dalam membuat keputusan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, saat ini harus ada upaya untuk mengurangi kondisi perang suku bunga. Salah satu caranya adalah perbaikan dalam mekanisme pinjaman antar bank.
"Bank-bank yang kelebihan uang bisa meminjamkan ke bank yang kurang likuiditas, ini bisa mengurangi (perang bunga deposito)," ujarnya.
Kendati demikian, dia menyadari banyak juga nasabah terutama pada bank BUMN, meminta bunga yang tinggi. Menurut mantan Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) itu, bank pelat merah seharusnya menjadi pelopor dalam menyelesaikan masalah ini.Bank BUMN harus memberi contoh untuk tidak hanya meraup keuntungan dari suku bunga, tapi turut membantu bank-bank lain dalam melonggarkan likuiditasnya.
"Seharusnya institusi yang berkaitan dengan pemerintah harus jadi pelopor untuk menaruh dana bukan hanya mencari margin bunga tinggi," ujarnya.