Jakarta, CNN Indonesia -- Dua perusahaan Bakrie Group sedang intensif menyelesaikan persoalan utang melalui negosiasi dengan para kreditur dan pemegang obligasi. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) adalah beberapa perusahaan yang menjadi sorotan para investor.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, BUMI membatalkan rencana penerbitan saham senilai Rp 3,162 triliun (US$ 275 juta) atau 12,6 miliar saham. Langkah itu dilakukan menyusul adanya peluang negosiasi positif dengan para kreditur perseroan.
Direktur dan Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan masih berdiskusi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait besarnya dana yang diperoleh dari kreditur. Semula, perusahaan tambang yang sebagian dimiliki Bakrie Group ini menargetkan bisa menerbitkan saham baru melalui
rights issue untuk membayar utang-utang perseroan. "Melihat perkembangan yang terjadi selama proses PUT IV (Penawaran Umum Terbatas) berjalan, perseroan menerima penawaran-penawaran dari pihak kontraktor yang bekerja untuk Gallo Oil (Jersey) Ltd dan PT Gorontalo Minerals," kata Dileep dalam keterbukaannya, yang dikutip Senin (29/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak Rabu (24/9) hingga siang ini, saham BUMI dihentikan sementara (
suspend) oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Langkah itu dilakukan menyusul belum disampaikannya laporan hasil penjatahan rights issue meski telah mendapatkan persetujuan pemegang saham pada 30 Juni lalu. BEI melihat tanggapan dari pihak Bumi belum cukup dan memadai atas permintaan penjelasan bursa sebagai keterbukaan informasi publik.
Di sisi lain, perusahaan telekomunikasi milik Bakri Group, Bakrie Telekom yang dikenal dengan merk dagang Esia, juga harus berhadapan dengan para pemegang obligasi. Setelah digugat ke Pengadilan New York Amerika Serikat pekan lalu oleh para pemegang obligasi, emiten berkode saham BTEL itu pun menyampaikan penjelasan publik ke BEI, akhir pekan lalu.
BTEL dianggap telah lalai membayar kupon obligasi senilai US$ 380 juta selama dua kali. Dua lembaga rating internasional Standard & Poor's dan Fitch Ratings mengindikasikan obligasi tersebut gagal bayar.
Menurut penjelasan BTEL, perseroan telah mengajakukan proposal reprofiling obligasi kepada para bondholder 24 September lalu. Obligasi senilai US$ 380 juta yang semula bernama Secured Guaranteed Notes dengan tenor lima tahun, diganti menjadi Secured Conditionally Exchangeable Bonds (CEBs) dengan jangka waktu jatuh tempo enam tahun enam bulan. BTEL bahkan berani memberikan kupon obligasi yang lebih tinggi. "Kami optimistis perjanjian final dapat diserahkan kepada bondholders dalam beberapa bulan ke depan," tulis keterangan resmi Bakrie Telecom.